Dewasa, Katanyaa...



Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan’, kata orang seperti itu.

Dewasa, mungkin belum semua orang mengalami fase ini. Karena ada berbagai macam kriteria untuk bisa disebut menjadi dewasa (katanya).

Kenapa saya tiba-tiba ingin menulis tentang ukuran kedewasaan?. Karena beberapa hari ini saya selalu kepikiran akan obrolan orang-orang yang katanya sudah ‘dewasa’ di tempat kerja saya tentang arti dewasa itu sendiri.  Mereka berbondong-bondong menilai mana yang sudah dewasa dan mana yang belum dewasa.

Mungkin usia bukanlah ukurannya, karena memang di tempat saya mengajar, usia rekan kerja saya sangat beragam. Mungkin yang termuda 18 tahun hingga usia matang 40 tahun lebih. Dan kami berada dibawah satu naungan dan harus berkerja bersama-sama.

Kalau bukan usia ukurannya, lantas apa?.

Suatu hari di dalam kantor, saya dan beberapa staf pengajar sedang berkumpul di ruang guru untuk sekedar berbincang-bincang ringan di waktu senggang. Obrolan kami ngalor-ngidul hingga menyangkut hal yang lebih spesifik, yaitu tentang siapa yang sudah dewasa, siapa yang belum.

Kali ini, yang menjadi pembicara pasti yang sudah berusia matang, dan kebetulan sudah menikah. Beliau menilai masing-masing dari kami, yang masih ‘muda’, katanya. Dilihat dari beberapa pendekatan, memang tidak ada salahnya menilai seseorang jika itu berkaitan dengan kebenaran. Tapi, apapun hasil dari penilaian tersebut, kami dilarang ngambek atau marah, karena itu hanya sekedar penilaian, yang bisa saja benar bisa saja salah.

Dimulai dari Miss Novi, sebut saja begitu. Usianya lima tahun diatasku. Pembawaannya kalem, tenang, dan sangat keibuan. Lantas, penilaian yang pas untuk ukuran dia adalah sudah dewasa, begitu kata Mr. Shon. Aku setuju saja akan hal itu. Dan mengapa aku harus menyangkal?.

Menuju ke orang ke-dua. Mr Shon memilih miss Pipi. Usianya sama dengan miss Novi, sekitar seperempat abad. Tapi beda orang, beda penilaian. Disini, aku bisa menemukan contoh bahwa seusia bukan berarti sudah mencapai tingkat kedewasaan yang sama pula. Hhhmm, rumit juga kalau semua orang sudah dewasa, terkesan serius nanti bawaannya. Hehe.

Saya tidak mau ketinggalan. Selanjutnya dengan semangat, saya bertanya.

‘Bagaimana dengan ku Mr Shon?’.

Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan, beliau berdecak dan berkata, ‘Anak muda jaman sekarang, ya kayak kamu itu Hadna. Sukanya maen, kalau ada masalah santai. Kamu itu masih jauh dari panik, bahkan kenalan aja belum sama yang namanya ‘gupuh’. Sudah Hadna, kamu itu masih jauh. Jalan kamu masih panjang. Jangan terburu-buru dulu buat jadi dewasa. Nikmati saja masa-masa mu. Dan kayaknya kamu memang benar-benar menikmatinya, dan gak mau ninggalin fasemu saat ini. Kamu itu traveling aja. Nanti kalau udah waktunya, kamu juga dewasa.’

Saya berteriak riang, bukan malah kecewa dibilang belum dewasa. Malah aku sangat mengamini kata-katabeliau. Mr Shon benar, saya sangat menikmati masa-masa ini. Beliau memang dukunnya Elfast. Tau semua tentang kami, yang lebih muda dari beliau.

Untuk usia saya yang masih beranjak dua puluh-an, fase yang nge-trend disebut dengan ‘ababil’ memang masih banyak melekat dalam diri saya. Masa-masa transisi ini kadang yang membuat sikap saya berubah-ubah, kadang sedih, marah, atau bahagia. Dan didalam fase ini, saya sangat menikmatinya. Saya tidak ingin meninggalkan terlalu cepat masa-masa ini. Saya rasa hidup ini sangat indah jika diwarnai dengan berbagai macam kejadian-kejadian dari sikap labil kita. Hehe.

Kadang saya berpikir untuk menjadi dewasa dengan bersikap sama seperti dia, atau dia. Harus bersikap begini, tidak boleh begitu. Tapi tidak untuk saat ini, saya adalah saya. Saya bisa menikmati hidup dengan cara sendiri. Entah itu harus disebut dewasa atau masih ababil bahkan kekanak-kanakan. Harusnya, saya tidak harus pusing dengan penyebutan itu semua. Selama saya bisa bertanggung jawab atas hidup saya dan saya tidak merugikan orang lain, masih penting kah predikat itu semua?.


Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.