Kultum Subuh Tadi


Tiba-tiba mataku terbelalak didalam kesunyian subuh yang mulai menyapa. Hari ini aku harus beradaptasi lagi, ditengah-tengah lingkungan yang baru, dan memulai semua awalnya. Jamaah subuh. Ya, itu yang harus kulakukan mulai detik tesebut.

Menyimak kuliah tujuh menit setelah sholat, jarang sekali aku lakukan. Tapi subuh itu terasa berbeda saat mendengar kultum yang sangat menyentuh oleh seorang ustadz. Singkat cerita, beginilah isinya.

Suatu masa ada seorang anak dan seorang ibu yang berbincang-bincang ringan. Waktu itu, sang anak masih dalam masa Sekolah Dasar, bisa dikatakan masa pertumbuhan. Di dalam perbincangan tersebut, sang ibu bertanya kepada sang anak,

“ Nak, tahukah kamu bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.

“ Bagian tubuh yang paling penting?” pikir sang anak. “Mata, karena kalau aku tidak mempunyai mata, aku tidak akan bisa melihat bu.” Begitulah jawaban sang anak.

“ Jawaban mu benar, tapi kurang tepat nak.” Sang ibu menjawab.

Seiring berjalannya waktu, ucapan sang anak terbukti bahwasannya ungkapan tersebut kurang tepat adanya.
Memang, mata adalah panca indra yang berfungsi untuk melihat. Tapi apakah tanpa mata, hidup kita akan berakhir?. Tidak. Masih ada hati yang bisa lebih peka untuk melihat, tidak hanya lahiriah, melainkan juga batiniyah.

Setelah beranjak remaja, sang ibu bertanya lagi kepada sang anak tentang pertanyaan yang sama.

“ Nak, tahukah kamu bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.

Kali ini, sang anak menjawab dengan jawaban yang berbeda.

“ Telinga bu, karena telinga sangat penting untuk mendengar. Kalau kita tidak mempunyai telinga kita pasti tuli, tidak bisa mendengar.” Jawab sang anak yakin.
Ibu hanya tersenyum, “Jawaban yang bagus, tapi belum tepat juga nak. Coba kamu pikirkan lagi.” Jawab sang ibu.

Sama halnya dengan mata, telinga pun juga merupakan organ penting di dalam tubuh manusia. Tapi, apakah tanpa telinga, hidup akan berakhir pula?. Jikalau seseorang tuli, ataupun buta, orang itu masih mendengar dan juga melihat. Karena adanya hati yang masih berfungsi.

Lalu, apakah hati merupakan bagian tubuh yang penting?. Sang anak masih terus berpikir.
Bergulirnya hari demi hari, sang anak pun tumbuh menjadi dewasa. Namun dia masih belum bisa menemukan jawaban dari pertanyaan sang ibu dengan tepat.

Suatu hari, tepat di hari kematian kakek sang anak, semua keluarganya berkumpul dan mereka menangis dikarenakan kepergian sang ayah. Menangis sejadi-jadinya, begitu pula ibu sang anak. Melihat kondisi tersebut, sang anak tidak tahan menahan genangan air matanya. Karena kesedihan ditinggal oleh seseorang yang disayang.

Saat itu, sang anak mendekat kepada sang ibu. Mereka menangis. Karena merasa kehilangan serta kesedihan yang teramat. Sang ibu merapat kepada sang anak dan memberi pelukan agar sang anak tidak lagi menangis. Dan pada saat itu pula, sang ibu bertanya kembali. “Disaat kondisi seperti ini, tahukah kau sekarang, bagian tubuh yang mana yang paling penting?.”

Sang anak yang sembari tadi menangis, hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu ibu. Aku tidak tahu,” jawab sang anak sambil sesenggukan.

Melihat kondisi sang anak yang terus menangis, sang ibu mengusap air matanya dan mulai mendekap sang anak lebih erat lagi.

“Bagian tubuh yang paling penting itu adalah Bahu. Tahukah kamu nak, kenapa bahu menjadi bagian terpenting diantara yang lain?. Mungkin kamu beranggapan bahwa hati adalah yang paling penting. Tapi, selain itu ada bagian tubuh lain yang lebih penting lagi, yaitu bahu.”

Karena filosofi bahu bermakna, bahu adalah tempat untuk memberi ketenangan disaat seseorang gundah, bahu untuk memberi kedamaian disaat seseorang bersedih, bahu untuk menghilangkan amarah, dan bahu adalah tempat yang paling tepat untuk menjadikan seseorang menjadi tenang, damai, bahagia, serta menghilangkan kesedihan.

Bahu sang ayah, bahu ibu, bahu teman, bahu sahabat, dan bahu orang terkasih adalah tempat yang paling tepat untuk berkeluh. Dan begitulah jawaban sang ibu.

Itulah kisah dari seorang ibu dan anak. Bahu. Ya, bagian itu memang paling nyaman untuk berkeluh ketika dirundung masalah, kesedihan, dan apapun. Mungkin saat ini, akupun sangat merindukan bahu yang pas untuk tempatku bersandar..

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.