Penikahan Suku



Setelah keluar dari kelas sore tadi, seseorang memanggilku dari lantai dasar. Kudongakkan kepala melihat siapa yang memanggil. Ternyata, salah satu tutor speaking yang biasa mendendangkan cerita galaunya. Hehe, langsung saja aku menuruni tangga dan mengahampirinya. Karena sedang berbaik hati, ku terima ajakannya untuk mengantarkan ke ATM dan makan sore itu.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam ketika selesai makan di Quick Chicken dan aku belum melaksanakan sholat magrib. Akhirnya masjid An Nur adalah tujuan kita selanjutnya. Tidak lebih dari sepuluh menit, sholat selesai. Duduk di emperan masjid dan berbicara apa saja. Dari kegalauan dia hingga menangis beberapa hari yang mengakibatkan suaranya hilang entah kemana, menghadapi suatu masa yang sulit dalam hidup, hingga tentang rencana menikah dan seluk beluk dalam pernikahan.

Pada akhirnya, setelah sharing mengenai masalah pernikahan dan seluk beluk didalamnya, aku sangat bersyukur sekali dilahirkan di tanah Jawa. Yang notabennya tidak ada adat yang mengatur secara keras dalam pelaksanaannya. Temanku ini adalah keturunan Bugis, dialahirkan di tanah Makassar. Ketika dia akan menikah, maka nantinya, calon mempelai pria harus memberikan uang (bisa disebut juga mahar) sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuh sang mempelai wanita. Semakin tinggi pendidikan sang wanita, maka semakin mahal pula ia.

Ibaratnya ada seorang wanita yang akan menikah, setelah lulus S1. Maka setidaknya, sang pria harus bisa membayar minimal 50 sampai 100 juta, tengantung negosiasi dari dua keluarga. Ketika kedua keluarga sudah memutuskan mahar yang sesuai, maka pernikahan bisa dilangsungkan dengan melaksanakan tiga hari pernikahan sesuai adat Makassar. Dan yang paling membuatku heran adalah uang mahar tersebut hanya digunakan dalam tiga hari pelaksanaan pesta. Hal yang baru kuketahui, membuatku menganga dan terlalu berlebihan dan sangat mubadzir menurutku.

Tetapi, ketika tidak ada kesepakatan yang sesuai diantara kedua keluarga, maka pasti. Pernikahan tidak akan berlangsung. Sebesar apapun usaha maupun cinta sepasang kekasih yang akan menikah itu, tapi ketika hal awal tersebut tidak terpenuhi, gagal-lah pernikahan. Satu hal lagi, keturunan raja yang bermarga Andy didepan nama mereka, hal yang menyangkut mahar yang tinggi masih sangat erat ketika akan dilangsungkannya pesta pernikahan. Jarang ada sejarah menuliskan, orang bermarga Andy akan menikah selain mereka. Setidaknya, mereka harus mencari yang setara, begitu anggapannya.

Temanku ini adalah salah satu yang menentang adat dalam sukunya. Dia tidak pernah setuju dengan kebiasaan yang sudah mengakar pada masyarakat di Bugis. Dia selalu menentang keluarganya yang selalu bersikukuh untuk bernegosiasi dengan pihak pria berkaitan dengan mahar yang akan diberikan. Menurutnya, itu bukanlah adat. Hal tersebut hanya sebuah kegengsian yang tinggi yang sudah mendarah daging dalam masyarakat. Melihatnya saja, dia sungguh geram dibuatnya.

Miss Pipi namanya. Sekarang dia sudah menempuh pendidikan S2 nya. Dan aku yakin, ketika menikah nantinya, mahar yang di tawarkan oleh keluarganya kepada pihak pria pasti sangat tinggi, bisa sekitar 100 juta bahkan lebih. Karena pendidikan yang tinggi sangat berpengaruh dalam mahar yang diberikan. Huuft, tak terbayangkan sang pria harus menyiapkan beratus ratus juta untuk menyunting seorang gadis, dan uang itu akan lenyap hanya sekitar tiga hari. Gengsi dalam masyarakat yang sudah menjadi adat.

Dia berusaha menentang itu semua. Tapi, fakta belum bisa membuktikan. Karena dia memang belum menikah. Dan salah satu yang dia pusingkan adalah ketika sang pria adalah orang selain suku tersebut dan tidak bisa memenuhi kebiasaan dalam sukunya. Hingga permasalahan timbul, dia tidak akan bisa menikah jika sang pria hanya bisa membayar dengan 20 juta. Betapa susah dan berat ketika sudah bertarung dan menentang kebiasaan. Karena kadang, membenarkan kebiasaan itu lebih mudah dari pada membiasakan kebenaran.

Itu yang membuatku bersyukur sekali lagi, dilahirkan di tanah yang sangat-sangat damai. Tidak ada adat dan kebiasaan yang terlalu mengikat dan berat, khususnya dalam pernikahan. Tidak perlu mahar yang tinggi untuk melamar seorang gadis. Ketika sudah ada janji yang mengikat, meskipun hanya bermahar seperangkat alat sholat, pernikahanpun bisa terjadi.

Hal lain yang sangat penting, sebenarnya bukanlah terletak dalam perayaan atau dalam pesta pernikahannya. Tapi hal yang penting dalam pernikahan adalah hari-hari yang akan berlangsung setelah pernikahan tersebut. Karena percuma saja ketika satu hari saat pesta, bisa saja terlihat berbahagia, tapi tidak untuk selanjutnya. Semua itu percuma, dan tidak ada gunanya. Karena pernikahan yang berbahagia adalah ketika pasangan pria dan wanita bisa melewati segala rintangan dan permasalahan hidup setelah mereka menikah dengan dukungan satu dengan lainnya. Mengucap janji setia dari sejak akad nikah hingga kembali lagi kesisiNya.

Untuk Sang Dewi


Sesungging senyumnya pagi tadi, terlihat berbeda dari biasanya. Lebih lebar dan lebih menawan. Percayalah, tidak ada yang mengira kamu mempunyai masalah yang rumit dan besar ketika kamu selalu tersenyum manis kepada setiap orang yang menyapamu. Bukan dengan selalu memasang wajah tertekuk dan seakan hidupmu paling menderita diantara yang lain. Tapi cobalah selalu ceria, sesulit apa keadaanmu. Maka kamu akan merasa lebih baik.

Kejadian beberapa bulan silam terjadi lagi ketika pada akhirnya, sang dewi memutuskan untuk mengawali semuanya. Mengawali yang bukan menjadi biasanya. Mungkin, dia mencoba membuat sesuatu yang belum biasa menjadi ada. Dan yang benar saja, hasilnya pun seakan sama dan tidak ada yang berbeda. Lagi-lagi, aku masih saja merasa heran dibuatnya.

Ada satu hal sebenarnya yang ingin kutanyakan kepadanya, mengapa dia tidak membaca kembali beberapa hal dari apa yang telah terjadi kepadanya?. Mengapa harus selalu bersikap sama disetiap kesempatan?. Tapi mungkin itu adalah jalanmu dalam menjalani hidup ini. Menjadi pihak yang selalu ada, mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membantu meringankan perjalanan kisah pilumu. Semoga semua cepat berlalu. Atau lanjutkan saja apa maumu.

Kepingan Puzzle Itu...



Hari ini adalah hari dimana akhirnya aku mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan kepada seorang teman. Teman dekat lebih tepatnya. Dan sudah beberapa saat memang, memendam sendiri perasaan yang selalu mengganjal dihati. Rasanya pun sangat tidak nyaman. Tapi pada akhirnya aku bisa bercerita banyak kepada teman lama.

Perasaan yang selalu membawaku kedalam memori yang terlewatkan. Mengenang hal yang mungkin tidak bisa terulang lagi. Terlalu indah untuk selalu dikenang, padahal pada akhirnya akulah yang kalah dan menjadi diam. Meskipun sudah melawan perasaan ini, rasanya sangat berat sekali untuk meninggalkan apa yang sudah mengakar. Layaknya akar pohon oak, yang akan selalu berdiri kokoh menahan kerasnya angin yang bertiup kencang.

Aku selalu berkata, entah kapan aku memulai berprinsip seperti ini. Bahwasannya, ketika aku sudah menaruh hati kepada seseorang, maka aku akan selalu berusaha meyukainya sepenuh hati. Karena aku tahu dan paham benar dengan hatiku sendiri. Sangat susah untuk mencintai, dan ketika sudah ada yang bersemayam dalam hati, akan sangat susah untuk melupakannya. Dan itu yang terjadi saat ini. 

Betapa susahnya melupakan seseorang yang pernah menjadi hidup, meskipun hanya dalam hitungan bulan. Dan aku tidak bisa menyangkalnya. Sekeras apapun berusaha untuk melupakannya, maka aku akan lebih dalam lagi mengingatnya. Seperti sebuah perkataan, ‘Melupakan seseorang yang penting dalam hidup adalah seperti mengingat seseorang yang belum pernah dikenal’. Sangat susah.

Pesakitan ini muncul kembali. Ketika aku terus dan terus mencoba untuk menyangkal bahwa tidak lagi ada perasaan apapun kepadanya. Dan aku kalah, aku mengakuinya. Masih ada yang tertinggal dalam hati ini. Dan benar saja, prinsipku selama ini. Bahwa sebenarnya yang memilih adalah hati, dan dia membuktikannya. Terlalu berat untuk meninggalkan kenangan indah meskipun hanya beberapa saat saja.

Terkadang, hanya air mata yang bisa membuktikannya. Dia menjadi saksi bisu untuk segala pesakitan ini. Tidak ada jalan lain selain itu. Karena kadang, tidak ada yang mendengar keluh kesah yang sudah berakar ini, apalagi mencari obat yang tepat takarannya. Aku butuh penawar, yaitu seseorang yang baru, yang tepat untuk menggantikannya. Melupakan pesakitan yang dalam. Dan menciptakan lembaran baru yang lebih berwarna.

Kadang aku selalu berpikir tentang hal itu. Berpikir keras tentang hal yang akan membuat tidak lagi selalu mengingat hal yang sudah terlewatkan dan tidak akan kembali lagi. Aku ingin berusaha memulai awal baru. Dimana aku bisa memasang kepingan puzzle yang kosong, dan diisi dengan potongan-potongan puzzle yang tepat dan pas. Aku akan berusaha untuk itu. Selama apapun waktunya. Karena aku yakin, seseorang itu pasti akan datang. Untukku dan untuknya. Menyudahi pencarian dan penantian kepingan puzzle yang tercecer, menjadi utuh dan nyata pada akhirnya.

Elfast dan Ceritaku


Menjejakkan kaki, selangkah demi selangkah. Menggantungkan harapan yang menunggu jawaban. Tapakan kaki yang meskipun berat, tapi tak mau berhenti untuk berjalan. Mata yang kadang lelah tapi tak mau untuk ditutup. Hati yang terkadang terlalu lelah tetap harus bertahan untuk selalu ada. Karena aku harus selalu ada. Selalu ada dalam peranku saat ini.

Mungkin hampir genap dua belas bulan hanya kurang beberapa saat saja, aku disini. Tak terasa. Waktu berjalan cepat, perputarannya membuatku selalu terus berjalan hingga kadang lelah pun terabaikan. Tempatku, disini. Menuntut ilmu, merajut mimpi, berjuang untuk hidup, mengenal berjuta orang, mencicipi menjadi orang dewasa, berkenalan dengan cinta, sahabat, dan tak terhitung lagi apa saja yang sudah terjadi.

Berjuta pengalaman hidup mulai kujejaki disini, Elfast. Taukah kau tempat apa ini?. Hanya sebuah bangunan bedinding dengan jajaran kelas, yang setiap bulan bahkan minggu pasti didatangi orang yang berbeda. Setiap saat. Dan aku pun terlalu malas untuk mengamati banyak orang yang berlalu lalang. Aku hanya bisa mengikuti arusnya saja, tapi tidak untuk melawan arus itu. Terlalu deras.

Mereka semua datang dengan satu tujuan. Mengenal dan memahami bahasa Asing, lebih tepatnya Inggris. Dan aku sangat terlibat dalam jalur mereka. Setidaknya aku menjadi guide untuk mengenalkannya. Susah-susah gampang menjadi guide untuk semua golongan, usia, tak terkecuali. Tidak ada pengelompokan, karena semua sama.

Ada saja ulah dan kejadian yang berbeda dalam setiap situasi. Menghadapi bapak dosen, pengacara yang banyak protesnya, guru dengan segala kemampuannya, mahasiswa yang terlalu aktif bertanya hingga keluar jalur dan lebih sering menggombal, anak SMA yang malah gampang diajari, anak SMP yang masih terlalu polos untuk mengerti apa itu Grammar, hingga anak SD yang tidak mengerti apapun dan harus menjelaskan berkali-kali dihadapannya, bergabung menjadi satu dalam ruang yang disebut dengan kursusan.

Kalau sudah demikian, ingin rasanya melempar penghapus papan tulis dan lari dari kelas. Tapi itu tidak mungkin kulakukan. Setidaknya, bersikap dewasa untuk menghadapi masalah, itu lebih tepat. Dan hasilnya, tidak begitu bawel juga lama-lama, apalagi ketika mereka harus menghadapi soal yang rumit. Haha, bahagia sesaat diatas penderitaan orang lain. Tapi aku tidak sejahat, membiarkan rambut mereka rontok satu per satu. Karena aku juga pernah ditertawakan ketika tidak bisa, dan itu sakit.

Sebut saja aku sebagai guide durhaka. Meskipun tidak enak didengar, tapi memang kenyataannya seperti itu. Bukan durhaka dalam arti sebenarnya, ini dikarenakan aku terlalu susah menghafal nama diantara banyak orang tersebut. Entah siapa saja yang menyapaku, hanya mengangguk dan tersenyum, beres urusan. Hehe. Durhaka kah?. Tidak juga sepertinya.

Menikmati setiap kelucuan yang terjadi di dalam kelas, hingga diluar kelas. Banyak yang berkata, aku mempunyai dua kepribadian. Sangat cool dan tenang jika dikelas. Entah setan apa yang merasukiku hingga aku bisa berwatak tujuh tahun lebih tua. Tapi lihat saja kalau kaki sudah keluar pintu kelas, satu langkah saja, pertahanan yang kuat didalam kelas seakan runtuh seketika. Jadilah Hadna yang berbeda. Apalagi ketika malam tiba. Kebiasaan berkumpul bersama member tidak bisa terelakkan. Walaupun hanya sekedar menyeruput kopi panas di satu malam. Menjadi satu sosok yang gila. Ampuni Tuhan.

Ini hari-hari ku bersama Elfast dan apa yang terjadi didalamnya. Mengamati lamat-lamat atas semua kejadian hari demi hari. Semakin berkembang saja aku kira. Dan aku senang menjadi bagianmu. Menjadi salah satu pintunya, tidak masalah. Setidaknya aku bisa sedikit bermanfaat bukan untukku sendiri, tapi untuk banyak orang. Semoga saja akan semakin banyak orang lagi yang mau membuka pintu ini.

http://elfast-pare.com


Kupu-kupu dan Yang Tak Terbatas



Melihat mereka dalam untaian kata-kata, saling menguraikan celoteh dalam kepuitisan sastra, bersatu padu dalam keharmonisan dan berbalas kasih lewat itu semua. Tidak pernah kuketahui siapa mereka. Hanya saja, rasa yang hangat yang ada diantara mereka seketika menyetrum tubuhku hingga aku dapat merasakan betapa bahahagianya mereka pada perputaran masa.

Angan-angan lah yang akhirnya mengerti. Berkenalana bebas sebebas-bebasnya. Mengumpamakan apapun menjadi nyata. Berusaha melihat realita, tapi itu bukan sebenarnya. Hanya saja rasa manis saat itu terlampau indah untuk ditinggalkan terlalu jauh. Aku tidak sanggup berpaling, sungguh pemanis buatan ini, memabukkan.

Saat semua menjadi muram, langit-langit menampakkan rona kelabunya, awan-awan menghitam berkumpul menjadi satu dan pada akhirnya akan jatuhlah tangisan dibumi, aku tidak mau melihat mereka dalam penampakan yang tidak sempurna, sesempurna biasanya. Aku tidak ingin pemanis buatankan itu lenyap seketika. Membuatku goyah akan semua ceceran keindahan seketika menjadi kekecewaan.

Melihat mereka, aku bisa menyadari. Begitu banyak perbedaan yang terkesampingkan demi sebuah tujuan yang sama. Hingga pada akhirnya membuat benang-benang yang sangat kecil sebelumnya, menjadi menebal dan semakin tebal hari demi hari. Tidak mereka saja, benang-benang tipis akan bisa semakin nampak seiring bergulirnya detik, menit, jam, hari, abad, hingga kembali pada semesta.

(Cobalah meng-aku-kan aku dalam setiap hembusmu)

A Dreamer


 

Malam pergantaian tahun baru, mungkin hal ini adalah moment yang sangat special bagi siapapun. Dan hampir semua orang, pasti akan membuat moment tersebut tidak akan terlupakan. Melakukan hal yang berbeda di pergantaian tahun, menyongsongnya dengan aktifitas yang membuat mereka, setidaknya senang dan baru.

Menurut saya, malam pergantian tahun baru tidak harus diwarnai dengan hal yang selalu membuat kita senang, dan lupa akan segalanya. Seperti membakar kembang api yang indah, meniup terompet kencang-kencang, atau memenuhi jalanan dan membuatnya keadaan menjadi bising. Tidak. Tapi, malam ini seharusnya menjadi saat yang tepat untuk saya khususnya, untuk merenungi apa yang sudah terjadi selama setahun yang lalu. Dan berfikir sejenak untuk berhenti. Kembali menekuni mimpi dan harapan yang belum bisa tercapai.

Saya hanya penikmat malam ini. Pergantian malam dari 2012 ke 2013. Menjadi penikmat, yang ternyata sangat menyenangkan. Memandangi kilau cahaya percikan api-api di langit dari kejauhan. Di atas lantai dua Elfast, saya melakukannya malam ini. Wonderfull. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang saya lewatkan dengan hanya didalam kamar, atau mungkin datang secara langsung menyaksikan pesta kembang api dari jarak dekat.

Saya suka malam ini. Malam dimana saya berdiri tegak, menatap langit yang menghitam yang sedikit berbeda dari biasanya. Karena ada banyak kemilau cahaya dari banyak titik tempat tertentu. Dan saya bisa melihat seluruhnya, dilantai dua, di tengah-tengah hamparan sawah yang terbentang luas. Saya dapat menekuni satu per satu titik-titik indah cahaya di langit secara leluasa.

Tidak telalu bising untuk malam yang penuh dengan cahaya. Malam ini begitu tenang, setenang angin yang tidak terlalu kencang bertiup, setenang bulan yang remang-remang memancarkan cahayanya, setenang langit yang tidak menurunkan tetesan airnya dan setenang diri saya malam ini.

Malam ini adalah resolusi’, kata teman yang berdiri disamping saya. ‘Berbuat lebih baik dari sebelumnya dan memikirkan masa depan kita, akan kita bawa kemana dia’, dia melanjutkan.
‘Iya, karena kita pemimpi. Berdiri disini, menyambut hari esok, dan membawanya bersamaan dengan mimpi-mimpi ini.’ Saya mengimbuhi. Dan senyum mengembang mengingat betapa nikmatnya bermimpi.

Saya teringat satu hal lain malam ini, dan saya berkata dalam hati, ‘ Selamat ulang tahun. Saya sangat mencintaimu, Ibu... ‘

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.