Catatan Diatas Senja


Sampai detik ini pun, saya masih belum bisa membaca anda. Sungguh waktu terlalu lama untuk sebuah proses. Mencari dan menemukan. Sekian lama saya mencobanya. Nihil, dan itu realitanya. Tapi, seseorang berkata, kamu hanya perlu menanti, menjawab dan akhirnya menemukan, itu kodratmu. Benarkah?.

Kalau memang perkataan seseorang itu terlampau benar, saya hanya bisa mengangguk dan bersikap baik. Dengan hal itu, setidaknya saya dapat lebih bersabar dan memaklumi apa yang terjadi. Dan jikalau waktu membunuh kesempatan itu, haruskan perlu mengkambing hitamkan sikap?.

Kadang, sebuah kondisi yang mendesak dan berat dapat membuat siapapun gelap mata. Dalam artian, mereka bisa melakukan sikap apapun yang menurutnya akan melegakan rasa. Meskipun sebuah kesempatan bisa diciptakan sesuka hati, siapa yang tahu akan hasilnya?.

Kata orang-orang benar. Bersikap baik, dalam hal kesabaran misalkan, memang ada batasnya. Dan saya selalu mengagumi jika ada kekuatan yang menyatakan sesuatu itu tanpa batas. Tak terbatas. Tapi saya hanyalah pengagum, yang pasti sangat mustahil jika hal itu bersemayam didalam diri. Walaupun kewajiban seorang makhluk itu adalah bersikap sempurna.

Apakah hal ini tepat?. Hanya mempertahankan sebuah pola yang belum tentu benar, dengan mengabaikan hal lain, yang justru menunjukkan ketidak-sinkronan. Mungkin, pilihan yang hanya mengacu pada sikap subjektif akan memunculkan sebuah kondisi ini. Sangat tidak nyaman. Jadi, apakah pola lama harus dirubah dengan sikap yang lebih objektif?.

Mungkin benar. Mencoba hal baru, dengan membaca dan memandang apapun lebih objektif. Meninggalkan sikap lama yang usang. Dan melupakan yang sudah sudah.

Everlasting Memory


Kenapa semua begitu indah di awal, dan menyesakkan pada akhirnya?. Setiap yang berperasaan pasti mengalami hal ini. Kecuali yang sudah, mati rasa!. Bukan saya terlalu mendramatisir untuk apa yang terjadi, tapi ini adalah sebuah realita kehidupan yang terjadi disini, kampung halaman tanpa batas, yang siapa saja bisa datang dan pergi sesuka hati mereka.

Sebut saja bandara, stasiun, atau pelabuhan yang sangat besar. Bagaimanapun kalian menyebutnya, saya tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sini, Pare. Merasakan atmosfernya dari saat pertama menjejakkan langkah di bumi. Saya, dan kota ini adalah satu, yang rasa-rasanya saya tidak bisa terlepas olehnya.

Menghadirkan wajah-wajah baru setiap saat, memunculkan dinamika kehidupan yang berwarna untuk kota kecil ini. Dari sebuah desa kecil di tengah kabupaten Kediri, yang tidak cukup banyak penghuni pada beberapa puluh tahun silam, kini menjadi seolah-seolah kota kecil metropolitan yang semua bentuk kebutuhan harus terpenuhi disini.

Saya tidak pernah menyangka untuk terlibat langsung dalam perputaran sejarah kampung ini, masuk didalam komponen penting yang mana sangat banyak memori yang bisa diciptakan dan diputar ulang ketika sudah memudar. Perasaan ini, tidak pernah berubah. Ada kalanya bahagia, untuk sebuah pertemuan, dan satu lagi yang sangat tidak diharapkan, sedih ketika perpisahan.

Tapi semua itu alami, mengalir begitu saja untuk sejenak waktu. Disatu sisi, harus melanjutkan hidup dengan bentuk manusia yang berbeda, tapi disisi lain rasa itu tidak pernah berkehendak untuk menjauh dari manusia yang sebelumnya. Saya hanya ibarat seorang penjual karcis, dimana semua orang bisa membeli tiket, datang dan pergi, tapi saya hanya memandangi berbagai macam orang datang tanpa dapat beranjak dari tempat duduk.

Kadang saya merasa, apakah ini yang disebut dengan kebahagiaan sementara?. Berbahagia dengan beberapa manusia baru dalam satu waktu, dan selanjutnya entah harus dibawa kemana kebahagiaan itu. Terlalu menyakitkan sebenarnya, tapi inilah realitanya.

BP 1 C. Tidak pernah saya lupakan memori indah yang sudah kita ciptakan. Tak akan pernah segan-segan saya putar lagi seluruh film di rol sel-sel otak. Betapa indah bisa mengenal kalian, dari segi apapun. Kebahagiaan sesaat, yang terlalu indah dan sangat membahagiakan. Hidup untuk bahagia, dan setidaknya saya menemukan sedikit banyak hal itu setelah semuanya.

A Little Happiness


Sudah beberapa saat lamanya aku tidak menyentuhmu, akun blog-ku. Mungkin ini karena sikap usang yang kembali muncul tiba-tiba, karena sesuatu alasan.

Berdiam sejenak dipersimpangan jalan Brawijaya tepatnya di kelas mungil, setelah perkuliahan. Melihat banyaknya kendaraan melintas teratur ditengah-tengah hujan deras yang mengguyur Pare senja ini. Partikel-partikel air yang turun mendamaikan suasana membuat banyak pemuda-pemudi di kampung Inggris tidak menyiakan-nyiakan kesempatan itu, untuk sekedar bernostalgia masa kecilnya. Bersepeda santai dengan kuyupnya sekujur tubuh. Indah saja melihat situasi ini.

Dan konsentrasi di dalam kelas sedari tadi pecah, entah melayang kemana. Hanya melihat keluar jalan, menikmati gerombolan air jatuh teratur. Dan tidak heran kalau bapak dosen menegurku berkali-kali. ‘ Hey, Muthia. Where are you now? I think you’re not here, you act such as gloomy person’ kata bapak Muhammad. Gubrak, ngliatin aja ni orang. Dan, jadilah semua mata tertuju padaku. Ya memang, apa yang anda katakan tidak sepenuhnya salah, Pak.

Dan aku tidak peduli, entah dikira galau, bahagia, sedih, lagi stress, atau apalah, aku tetap suka hujan. Melihatnya pun merupakan suatu keindahan tersendiri. Satu lagi rasa aneh muncul ketika hujan datang, rindu. Seakan tetesan-tetesan air itu mengerti apa dirasakan pecintanya. Mereka jatuh teratur membentuk suatu irama yang merdu dan menciptakan suasana damai. Karena damai mendatangkan satu, kebahagiaan. 

‘Abstrak’


Sosok figuran dalam sebuah episode kehidupan, kadang menjadi bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dari kisah tokoh utama. Menjadi sosok yang paling tahu, itu bisa jadi. Atau berperan sebagai orang yang selalu ada setiap saat untuk sang tokoh utama. Dan saya kira, figuran adalah sebutan yang tepat untuk posisiku kali ini.

Tidak bermaksud ikut campur atau malah terlibat dalam masalah tokoh utama yang bisa saya sebut dengan teman dekat sendiri. Hanya saja, sangat tidak pas kalau saja saya berdiam diri untuk hal ini. Sesuatu yang sering disebut dengan hal ‘abstrak’ adalah penyebab utamanya. Lagi lagi, hal ‘abstrak’ itu menjadi suatu masalah yang sungguh complex dan complicated.

Saya selalu yakin, semua problema kehidupan, semua yang bisa dikerjakan dengan kepala dingin, semua yang bisa diusahakan dengan tenaga  dan dengan ketenangan serta kesabaran pasti akan menciptakan sebuah hasil yang maksimal. Menyederhakan hal yang complex, hematnya seperti itu.

Tapi saya rasa, tidak untuk hal ‘abstrak’ ini. Tidak terlihat dan hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang terjangkit olehnya. Jadi, tidak jarang problema tentang hal itu tidak dapat terselesaikan dengan hanya menggunakan logika, bahkan berakhir dengan sebuah ‘pesakitan’. Saya tidak mengalaminya, tapi setidaknya saya bisa merasakan sebuah ‘pesakitan’ karena sebuah penghianatan dari kisah tokoh utamanya.

Memicingkan mata berkali-kali, menarik urat alis sehingga membuat mereka hampir berdempetan, dan mulut menganga lebar karena mendengar kisah hidup seorang teman tentang hal ‘abstrak’ yang hadir mewarnai hari-harinya. Betapa tidak, penghianatan dari pihak kedua kerap terjadi, entah sudah berapa kali itu terjadi. Padahal, dia selalu menganggap bahwa dia selalu bersikap maksimal kepada wanitanya.

Memberi perhatian secara maksimal, menghubunginya sering-sering, menanyakan kabar setiap saat, hingga memberi ucapan-ucapan mesra sebagai obat tidur terindah sebelum bermimpi. Dia melakukan dengan sepenuhnya, bukan setengah-setengah dalam usianya yang hampir menyentuh kepala tiga. Dia serius untuk hal semacam itu, tapi pesakitan masih saja terjadi.

Saya tidak tahu penyebabnya, hingga kegagalan berulang kali mampir. Tapi yang saya tidak habis pikir, selalu saja dia relakan wanitanya untuk orang lain. Dia hanya menyadari bahwa mungkin dia tidak terlalu baik, dan ada saja yang kurang dalam dirinya, sehingga dia merasa wanitanya memilih orang lain karena berbagai kekurangannya.

Usaha, pasti sudah dia lakukan. Perbaikan dalam hubungannya, teori apapun mungkin sudah diterapkan. Tapi, begitulah jalannya. Saya hanya bisa berkata untuk kamu, ‘Rasa cintamu melumpuhkan segalanya. Yang kamu tahu, hanya kebahagiaan untuk wanitamu, hingga kamu sendiri lupa rasa bahagia untuk dirimu. Kebahagiaan asli dalam dirimu sudah tertutup dengan hal lain yang membuatmu bahagia. Semoga saja kamu bahagia melihat wanitamu tetap bahagia, dalam pesakitanmu’. Maaf, saya hanya seorang figuran, tanpa bermaksud ikut campur dalam problema hidupmu.

Special Gift


Seratus dua puluh menit, terhitung dari sekarang, hari esok akan tiba. Aku merasa esok haruslah menjadi hari yang mengesankan, dan tak terlupakan. Menapaki hari dengan angka baru berkepala dua. Bila dapat kupaparkan, detik detik penantian ini adalah saat-saat yang mendebarkan. Akan terjadi apa esok, aku masih bertanya-tanya.

Pencapaian, semua orang memiliki itu. Dan aku adalah salah satu diantaranya yang ingin mencapai mimpi dan angan. Berawal dari hal terkecil hari ini, itu akan menjadi sangat berpengaruh nanti. Sebuah keinginan yang sudah kucanangkan beberapa saat yang lalu, menjadi awal titik untuk menggenggam semua mimpi-mimpi yang mengantri untuk sesegera mungkin diwujudkan.

Hari ini, aku telah menyelesaikan berbagai halangan untuk mencapai anganku mengawali dua puluh tahunku. I did it!. Kupersembahkan kado special ini untuk diriku. Aku berhasil mendaki puncak gunung, meskipun hanya sekelas gunung Kelud di Kabupaten Kediri. Yang pada beberapa saat yang lalu, aku bermimpi untuk memberi hadiah istimewa untuk diriku sendiri dengan mendaki Mahameru. Tapi, kemungkinan itu sangat kecil ditengah aktifitas yang sudah tertata rapi.

Ide gila, yah ide ini tiba-tiba muncul disaat setelah perkuliahan siang tadi usai. Masih menunjukkan pukul dua siang, dan aku teringat akan hadiah yang ingin kupersembahkan di awal usia kepala duaku. Huft, kalau dipikir semakin menua saja. Segera kuajak teman lamaku, Anas, untuk segera cabut.

Tak kusangka, baru lima menit perjalanan, rintik hujan berjatuhan. Aah, tidak mungkin... ‘Jangan hujan Ya Allah, aku mau naik gunung’. Tapi, memang sudah jatah turun hujan, dan tidak bisa terelakkan lagi, berbasah-basahan dibawah langit yang menghitam. Hingga butuh satu jam lebih mengendarai motor untuk mencapai lokasi.

Aku lupa memakai jaket. Dan gila saja, angin sangat tidak bersahabat ditengah derasnya hujan, sangat-sangat kencang. Kedinginan, kelaparan, dan keinginan untuk mencapai puncak bercampur menjadi satu. Gila, aku akui itu. Sakit bisa kapan saja menyerang dengan kondisi ku yang tidak berpakaian memadai untuk penghalau dingin dan hujan. Biarlah, aku masih sehat.

Kata teman camp ku, ‘Memang edan orang satu ini, nekat!’.

Kutunggu beberapa saat hingga hujan sedikit mereda ditempat berteduh yang berjajar disekitar area parkir. Pemandangan gunung di tengah hujan kali ini berbeda dari pada biasanya, ketika aku datang saat cuaca cerah. Terasa semakin mencekam dan menakjubkan. Dan waktunya tiba, hujan sedikit  bersahabat dan aku bersama Anas langsung menapaki ratusan anak tangga menuju puncak.

Bbrr, bisa mati kedinginan dengan kondisi angin semakin kencang dan hujan yang tidak segera berhenti. Tapi keadaan itu tidak terasa begitu berat karena terkalahkan oleh semangat untuk sampai puncak sesegera mungkin, karena waktu semakin malam pula. Mp3 ungu kunyalakan, dan hanya cukup dengan lima lagu saja aku sudah mencapai puncak. Aku berteriak, ‘Finally, I did it!’.

Akhirnya, aku persembahkan hadiah puncak ini. Aku harap ini hanyalah awal dari mimpi-mimpi yang menunggu. Dan aku sangat bersyukur masih diberi kekuatan untuk melihat keagungan Tuhan. Selain setengah lingkaran penuh pelangi yang membentang, senja kala itu sangat memanjakan. Semoga kenikamatanMu tidak berhenti sampai disini Tuhan. Thanks a lot God. Berkahi aku Tuhan, Amin.

Rumah Sejuta Asa


Bersenandung bersama melewati malam, dan pada akhirnya semua mulai terpejam. Tinggal sisa-sisa nafas yang kudengar dari dengkuran lembut para wanita ini. Mereka terlihat lelah, dalam malam yang menjaganya.
Haah, inilah keluargaku. Keluarga baru yang kukenal di rumah sejuta asa ini. Kusebut saja demikian, kedengarannya bagus. Dan aku rasa, memang benar adanya kalau gubuk berlantai dua ini adalah cikal bakal munculnya berjuta mimpi dari penghuninya.

Disinilah aku, terdampar namun merasa beruntung. Berada didalam sebuah rumah yang artistik, bergaya kuno tapi sangat nyaman. Gemericik air kolam di sudut halaman depan menambah suasana menjadi damai, serta bunyi gantungan bambu yang tertiup angin sawah sepoi-sepoi membuat pikiran penat menjadi rileks. Sang penghuni pastilah sangat suka ketenangan.

Hampir tidak pernah kudengar teriakan-teriakan memaki, marah, apalagi emosi dari sang pemilik rumah sejuta asa ini. Yang kutahu, beliau begitu sabar dalam bersikap, bijak dalam bertindak, dan menginsipirasi di setiap berucap. Begitulah sesosok bapak baruku, membimbing ‘anak-anak’ didiknya, dengan penuh cinta, meski kita tergolong orang lain baginya.

Rumah sejuta asa ini, hanyalah tempat, yang menampung beberapa remaja dari pelbagai pelosok negeri. Lampung, Pontianak, Jambi, Jakarta, Jepara, Kediri, Kalimantan, hingga Sulawesi. Bhineka tunggal ika, kita merasa sama disini. Sama rasa, sama keyakinan, dan sama-sama mempunyai mimpi untuk siap diraih. Dari sini, aku percaya, mimpi akan kita genggam suatu masa nanti, diselingi tawa canda bersama, senda gurau yang mengesankan, sampai cerita duka lara, terus berbagi dan saling mengisi.

Awal dari semuanya, disini, semua mempunyai mimpi. Bersama mencapai asa. Mengenal macam-macam karakter manusia, kadang lucu, menjengkelkan, hingga mengesankan. Paket lengkap rasanya kalau berbicara soal komposisi disini. Namun, kata-kata yang kurangkai mungkin tidak seindah kenyataan yang ada. Sangat hangat berada ditengah keluarga baru, yang hanya kukenal masih sekitar satu bulan.

Harapan dan rapalan do’a kututurkan kepada Tuhan disetiap selesai jamaah bersama, ‘Mudahkan kita, agar semakin maju dan terus berkembang. Aku yakin kita bisa, meskipun memulai dari titik nol. Maaf kalau kadang aku masih setengah-setengah disini, tapi aku sangat percaya mimpi tertinggi itu pasti akan datang, disaat waktu yang tepat.’

-October Wish-

Lanjutkan Saja


Catatan ini, memang tidak pernah usai. Mengisahkan lika liku panjangnya perjalan hingga nanti berakhir pada ujungya. Aku tidak tahu apa yang ingin kugoreskan di dalam malam yang terasa sepi didalam keramaian tempat tinggalku ini. Lagi-lagi rasa ini menyerang, sepi dan sendiri aku benci. Meskipun ditengah-tengah  celoteh para wanita yang saling bercerita tentang kisah cinta mereka. Aah, ingin segera kupasang earphone dan kuputar lagu sekencang-kencangnya dari notebook ungu mudaku. Muak sudah mendengar celoteh perempuan-perempuan yang tidak tahu dimana akhirnya. Dan lagi-lagi, lagu ‘owlcity’ tetap menjadi playlist utama ku didalam setiap sepiku. Setidaknya lagu-lagunya bisa membuat kuping yang panas karena gumaman para wanita disekitarku menjadi lebih baik. Sudah tidak terdengar lagi apa saja yang mereka katakan, tapi bisa kupastikan mereka masih berbicara seputar para kekasih hati mereka. Shit, apa-apaan ini. Ingin ku-stop saja apa yang mereka obrolkan, karena  semaki n lama semakin tidak ada ujungnya. Tapi, apa hakku melarang mereka berbicara?. Yah, aku yang harus mengalah. Tidak ikut campur dalam perbincangan mereka, dan menyetel lagu semakin keras lagi. Itu lebih baik. Namun, ada hal yang aneh, kenapa aku harus muak dengan cerita mereka?. Entah, aku juga tidak tahu, tidak ada yang salah dalam perbincangan kawan-kawanku. Atau aku yang salah?. Merasa asing ditengah celoteh mereka, mungkin demikian. Tapi biarlah, aku menghindar saja. Setidaknya aku tidak perlu menjawab pertanyaan interogasi dari mereka ketika aku ikut didalamnya, itu lebih baik menurutku. Kalau begitu, teruskan saja celotehmu kawan, meski kau semua tidak mengerti apa yang temanmu satu ini pendam, dan rasakan.

Kultum Subuh Tadi


Tiba-tiba mataku terbelalak didalam kesunyian subuh yang mulai menyapa. Hari ini aku harus beradaptasi lagi, ditengah-tengah lingkungan yang baru, dan memulai semua awalnya. Jamaah subuh. Ya, itu yang harus kulakukan mulai detik tesebut.

Menyimak kuliah tujuh menit setelah sholat, jarang sekali aku lakukan. Tapi subuh itu terasa berbeda saat mendengar kultum yang sangat menyentuh oleh seorang ustadz. Singkat cerita, beginilah isinya.

Suatu masa ada seorang anak dan seorang ibu yang berbincang-bincang ringan. Waktu itu, sang anak masih dalam masa Sekolah Dasar, bisa dikatakan masa pertumbuhan. Di dalam perbincangan tersebut, sang ibu bertanya kepada sang anak,

“ Nak, tahukah kamu bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.

“ Bagian tubuh yang paling penting?” pikir sang anak. “Mata, karena kalau aku tidak mempunyai mata, aku tidak akan bisa melihat bu.” Begitulah jawaban sang anak.

“ Jawaban mu benar, tapi kurang tepat nak.” Sang ibu menjawab.

Seiring berjalannya waktu, ucapan sang anak terbukti bahwasannya ungkapan tersebut kurang tepat adanya.
Memang, mata adalah panca indra yang berfungsi untuk melihat. Tapi apakah tanpa mata, hidup kita akan berakhir?. Tidak. Masih ada hati yang bisa lebih peka untuk melihat, tidak hanya lahiriah, melainkan juga batiniyah.

Setelah beranjak remaja, sang ibu bertanya lagi kepada sang anak tentang pertanyaan yang sama.

“ Nak, tahukah kamu bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.

Kali ini, sang anak menjawab dengan jawaban yang berbeda.

“ Telinga bu, karena telinga sangat penting untuk mendengar. Kalau kita tidak mempunyai telinga kita pasti tuli, tidak bisa mendengar.” Jawab sang anak yakin.
Ibu hanya tersenyum, “Jawaban yang bagus, tapi belum tepat juga nak. Coba kamu pikirkan lagi.” Jawab sang ibu.

Sama halnya dengan mata, telinga pun juga merupakan organ penting di dalam tubuh manusia. Tapi, apakah tanpa telinga, hidup akan berakhir pula?. Jikalau seseorang tuli, ataupun buta, orang itu masih mendengar dan juga melihat. Karena adanya hati yang masih berfungsi.

Lalu, apakah hati merupakan bagian tubuh yang penting?. Sang anak masih terus berpikir.
Bergulirnya hari demi hari, sang anak pun tumbuh menjadi dewasa. Namun dia masih belum bisa menemukan jawaban dari pertanyaan sang ibu dengan tepat.

Suatu hari, tepat di hari kematian kakek sang anak, semua keluarganya berkumpul dan mereka menangis dikarenakan kepergian sang ayah. Menangis sejadi-jadinya, begitu pula ibu sang anak. Melihat kondisi tersebut, sang anak tidak tahan menahan genangan air matanya. Karena kesedihan ditinggal oleh seseorang yang disayang.

Saat itu, sang anak mendekat kepada sang ibu. Mereka menangis. Karena merasa kehilangan serta kesedihan yang teramat. Sang ibu merapat kepada sang anak dan memberi pelukan agar sang anak tidak lagi menangis. Dan pada saat itu pula, sang ibu bertanya kembali. “Disaat kondisi seperti ini, tahukah kau sekarang, bagian tubuh yang mana yang paling penting?.”

Sang anak yang sembari tadi menangis, hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu ibu. Aku tidak tahu,” jawab sang anak sambil sesenggukan.

Melihat kondisi sang anak yang terus menangis, sang ibu mengusap air matanya dan mulai mendekap sang anak lebih erat lagi.

“Bagian tubuh yang paling penting itu adalah Bahu. Tahukah kamu nak, kenapa bahu menjadi bagian terpenting diantara yang lain?. Mungkin kamu beranggapan bahwa hati adalah yang paling penting. Tapi, selain itu ada bagian tubuh lain yang lebih penting lagi, yaitu bahu.”

Karena filosofi bahu bermakna, bahu adalah tempat untuk memberi ketenangan disaat seseorang gundah, bahu untuk memberi kedamaian disaat seseorang bersedih, bahu untuk menghilangkan amarah, dan bahu adalah tempat yang paling tepat untuk menjadikan seseorang menjadi tenang, damai, bahagia, serta menghilangkan kesedihan.

Bahu sang ayah, bahu ibu, bahu teman, bahu sahabat, dan bahu orang terkasih adalah tempat yang paling tepat untuk berkeluh. Dan begitulah jawaban sang ibu.

Itulah kisah dari seorang ibu dan anak. Bahu. Ya, bagian itu memang paling nyaman untuk berkeluh ketika dirundung masalah, kesedihan, dan apapun. Mungkin saat ini, akupun sangat merindukan bahu yang pas untuk tempatku bersandar..

Kota Kembang


Part 2

Hari kedua di Bandung, badan terasa pegal setelah bangun tidur. Sisa-sisa lelah di kereta dan perjalanan tiada henti di hari pertama. Tapi jalan-jalan masih harus berlanjut. Dengan menaiki angkot, lagi-lagi. Berbicara soal angkot di Bandung, ini sedikit berbeda dengan angkot yang berada di kota lain. Sering aku lihat, orang yang naik angkot rata-rata adalah ibu-ibu yang akan ke pasar, atau anak sekolah dengan seragam. Kebanyakan seperti itu.

Tapi di Bandung berbeda, naik angkot serasa penyegaran mata, khususnya untuk para lelaki. Buatku juga sih,hehe. Karena yang memilih angkot tidak hanya ibu-ibu atau anak sekolah, tapi kebanyakan mojang Bandung yang parasnya terkenal geulis-geulis. Jadi, tidak perlu khawatir dan bosan untuk memilih angkot disana. Mengenai tarif angkutan, sesuai dengan jarak nya. Tidak ada sistem jauh dekat sama tarif. Jadi masih ada tarif 500 ataupun 1000. Khusus angukutan kota, jumlahnya sangat banyak. Jadi, tidak perlu menunggu lama untuk menunggu angkutan umum.

Tujuan pada hari kedua, yang pertama adalah Mambo. Pusat makanan enak pula. Tempatnya tidak sebersih dan senyaman ‘Giggle Box’ yang sebelumnya kita kunjungi. Hanya saja, makanan yang dipendagangkan sangat menggugah selera. Lomie, salah satunya. Deskripsi untuk makanan ini, kuah mie yang biasanya encer, tidak berlaku pada lomie. Karena mungkin ada sedikit maizena sehingga kuahnya mengental dan rasanya sangat pas, dengan udang dan irisan daging ayam. Wajib dicoba.

Satu lagi, tujuan ketika berkunjung di kota kembang adalah Pasar Minggu di Gazibu, tepatnya di depan gedung sate persis. Gazibu yang lapangan, disulap menjadi pasar dengan berbagai macam dagangan. Sangat bergam, dari baju, sepatu, makanan, hingga barang pecah belah. Mulai dibuka jam 6 pagi, tempat ini menjadi tujuan utama para warga Bandung dikala libur hari Minggu.

Liburan di Bandung kali ini menjadi sangat berkesan bagiku. Sedikit mempelajari bahasa sunda yang susah-susah gampang adalah pelajaran tersendiri. Melihat sisi lain dari kota Bandung, dari makanan yang sangat membuat lidah selalu  ketagihan hingga para mojang Bandung yang sedap dipandang.

Jadi, perjalanan ke suatu tempat memang dibutuhkan sekali-sekali. Guna merefresh otak akan keruwetan aktifitas yang monoton. Dan mumpung masih muda, tidak ada salahnya untuk selalu memjelajah setiap lini dunia, guna menambah wawasan serta derajat seseorang. Let’s travel around the world.

Kota Kembang


Part 1

Beberapa hari yang melelahkan, untuk sebuah perjalanan yang lebih tepatnya disebut liburan. Sembari liburan, tujuan utama lain adalah silaturahim ke beberapa kerabat di moment lebaran kali ini. Kota kembang Bandung dan ibu kota Jakarta adalah tujuannya. Pergi hanya bersama kakak pertamaku, Isa, memebuat perjalanan kali terasa berbeda. Entah mengapa, aneh rasanya.

Tepat pukul 13.00 WIB hari Kamis 23 Agustus 2012, diperempatan Tulungredjo aku dan mas sudah berdiri mematung menunggu bis yang lewat menuju stasiun Kediri. Butuh sekian menit menunggu, tapi tak satu pun bis melintas. Dan akhirnya angkutan umum atau yang biasa disebut ‘len’ menjadi pilihan kita. Sekitar kurang lebih tiga puluh menit, aku sampai di stasiun Kediri.

Kereta ekonomi Kahuripan siap berangkat ketika aku sampai. Langsung menuju petugas untuk boarding pass, satu peraturan baru untuk semua penumpang kerera ekonomi, harus menunjukkan identitas baik KTP ataupun SIM yang sesuai dengan nama yang tertera di tiket. Tujuan pertama adalah Bandung, kota yang dikenal dengan makanannya yang sangat nikmat, dan juga mojang Bandung yang geulis dan kasep pisan.

Stasiun Kiara Condong, Bandung. Butuh tujuh belas jam untuk mencapainya. Sangat lama sekali. Karena kereta Kahuripan ini harus beberapa kali berhenti di banyak stasiun dari Jawa Timur hingga Jawa Barat. Dan selanjutnya wisata keliling Bandung siap dimulai.

Tidak perlu mencari penginapan untuk tiga hari keliling Bandung, karena telah direncanakan dari awal, aku dan mas akan menginap di salah satu rumah teman di daerah Cigadung, dan itu semua free of charge. Cuma perlu membawa oleh-oleh dari Kediri sebagai pemanis. Menghemat budget pula.

Hari setibanya di Bandung kebetulan adalah hari Jum’at. Setelah menunggu sholat Jum’at selesai, segera aku, mas, Manda (sang tuan rumah) bergegas menuju Braga city Walk dan berjumpa dengan bang Bintang (murid mas saat di Pare). Menyusuri sepanjang jalan Braga yang suasananya sangat mirip seperti jalan Malioboro di Jogja. Banyak bangunan kuno berjajar di jalanan tersebut, dan berderet-deret toko lukisan kuno yang sangat menakjubkan. Serasa merasakan suasana tempo dulu, dengan keadaan tersebut. Tidak salah jika jalan tersebut selalu ramai akan wisatawan lokal maupun asing.

Di ujung jalan Braga, terdapat bangunan tua yang disebut Gedung Merdeka. Lebih tepatnya adalah bangunan yang difungsikan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika. Memang, beberapa puluh tahun yang lalu para petinggi negara selalu mengadakan sebuah konferensi atau KAA di gedung ini. Banyak dipamerkan sejarah KAA dan juga gambar-gambar tentang situasi berlangsungnya KAA yang dipimpin oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Tempat yang wajib dikunjungi pula ketika bersinggah di kota Kembang ini.

Selanjutnya adalah masjid agung Jawa Barat, yang memiliki dua menara kembar. Tinggal berjalan sekitar 500 meter dari gedung Merdeka, sampailah pada tujuan. Dari atas menara, keindahan kota Bandung akan terlihat sangat elok. Kemacetan yang menjadi pemandangan di jalan utama adalah salah satunya. Selain itu, jajaran gedung pencakar langit bisa diamati dengan sangat jelas dari atas menara dengan 19 lantai tersebut. Cukup ramai pula masjid ini, karena selain tempat ibadah umat muslim, halaman masjid ini juga dijadikan sebagai tempat berjualan para pedagang, baik berjualan makanan, baju, tas, dan lain sebagainya.

Puas menikmati keindahan Bandung dari atas menara, saatnya untuk wisata kuliner. Banyak orang bilang, Bandung memang terkenal untuk semua makanannya, karena mereka sangat kreatif dalam mengolah bahan makanan. Dan aku akan membuktikan sendiri apakah hal itu benar adanya. Dari batagor, siomay, surabi, lomie, es oyen, cimol,cilor, roti bakar, hingga stik siap aku cicipi semua. Dan tentunya, perlu perut kosong dan siap kantong terkuras.

Bang Bintang, yang memang asli orang Bandung yang menjadi guide-ku kali ini memang sangat piawai dan hafal benar dimana tempat-tempat makanan enak yang ada di Bandung. Dan aku sangat bersyukur. Setidaknya tidak perlu ambil pusing untuk memilih makanan enak.

Dengan harga yang relatif mahal dibandingkan makanan yang serupa tapi imitasi yang ada di Pare, kita tidak perlu kecewa. Karena harga akan sesuai dengan rasa. Info lagi, jikalau mau wisata kuliner, datang aja ke Ciwalk, mall yang menyediakan berbagai macam makanan khas Bandung. Tinggal memilih sesuai keinginan.

Saat memasuki mall tersebut, pemandangan kota Kembang juga bisa dinikmati diatas fly over. Disamping itu, jajaran resto-resto makanan yang menggugah selera dan membuat perut langsung bernyanyi ria telah tersuguh didepan mata. Bingung harus memilih mana yang harus dilahap petama. Mata kita tertuju pada satu kios berwarna hijau bertuliskan ‘Cireng Isi’ yang menyediakan Cireng dengan berbagai macam isi. Dari isi sosis, daging, ayam pedas, dan masih banyak lagi. Setelah potongan-potongan cireng masuk ke dalam mulut, rasanya nikmat langsung terasa. Benar-benar berbeda dan sangat-sangat enak.

Makanan ringan kedua yang wajib dicicipi adalah batagor dan siomay Bandung. Apa bedanya dengan yang ada di Pare?. Jawab bang Bintang, sangat-sangat berbeda. Harga memang jauh lebih mahal dibanding di Pare, tapi jangan salah, saat mulut sudah mulai mengunyah makanan, kenikmatan bakso, tahu, yang digoreng serta siomay berasa nendang di mulut.

Puas mencicipi itu semua?. Tentu saja belum. Hari masih sore tepat menunjukkan pukul lima ketika selesai merasakan tiga makanan itu. Dan malam masih panjang untuk sekedar jalan-jalan dan berwisata kuliner lagi. Perut masih penuh jika harus beradu dengan makanan khas Bandung lainnya. Sholat Magrib dahulu, selanjutnya berjalan di sepanjang kawasan Cihampelas, dan setelah itu kita memutuskan untuk bermain bowling di daerah Dago. Pengalaman pertama bermain bowling, dan tidak terlalu mengecewakan untuk hasilnya.

‘Kuliner lagi?’, ajak bang Bintang setelah permainan bowling selesai, dengan dia sebagai pemenang. Hayuk saja aku mah. Hehe. Berjalan lagi menyusuri kota Kembang malam hari, tidak begitu dingin sedingin Pare dimalam hari. Mencari lokasi yang tepat sesuai rekomendasi bang Bintang, dan berbeloklah kita berempat pada satu tempat yang sangat unik. Feminim sekali resto ini, pikirku. Desainnya sangat imut dengan banyaknya lukisan-lukisan bunga di dinding dan sangat nyaman sekali untuk dijadikan tempat favorit nongkrong. ‘Giggle Box’, nama dari resto tersebut.

Makanan yang ditawarkan sangat bervariasi. Dari main food hingga desert dan juga minumannya pun sangat bermacam-macam. Memilih menu yang berbeda, motto kita sejak awal. Karena dengan begitu, kita bisa merasakan berbagai macam jenis makanan. Keputusannya, kita memesan satu spagetti, stik, fish and chicken, big beef, potatoz, dengan minuman bervariasi yang nama aku lupa, karena aneh-aneh memang.
Soal harga, sesuai dengan rasa lagi-lagi. Nikmat nya sangat terasa. Dan hari itu, kita sangat puas dengan menyusuri jalanan kota kembang, dan mencicipi masih sebagian makanan khas Bandung.

Perjalanan hari pertama usai di tengah malam yang tidak terlalu mencekam. Dan perpisahan dengan bang Bintang berakhir di atas angkot. Masih ada dua hari yang tersisa di Bandung.

Penyembuhan

Sang Ulat Penyelamat

Pernah merasakan takut akan sesuatu?. Mungkin itu pada benda, hal-hal yang mengerikan, menjijikkan atau lainnya?. Yups, nama lain dari ketakutan terhadap 'sesuatu' itu sering disebut Phobia. Aku mengalami masa-masa sulit karena sangat menghindari sesuatu yang dulu, bagiku sangat menjijikkan yaitu ulat. Mungkin bagi sebagian orang, ulat adalah hewan yang lucu atau mungkin bagi sebagian orang lagi, menganggap bahwa hewan satu ini tergolong hewan yang sangat menjijikkan.

Phobia, memang tidak semua orang mengalaminya. Namun, ketika sudah terjangkit akan susah dalam penyembuhannya. Butuh waktu atau mungkin terapi yang sering untuk menghilangkannya. Aku tidak mengerti, mengapa dulu aku sangat anti terhadap ulat. Mungkin salah satu alasannya karena dia memang sangat menggelikan. Terasa merinding di sekujur tubuh ketika melihatnya langsung, dan juga tiba-tiba merasa gatal-gatal pada kulit, meskipun hanya melihat pada jarak pandang yang cukup jauh, tiga meter lebih.

Sekitar beberapa bulan yang lalu, phobiaku terhadap hewan ini seakan sirna. Entah mengapa, setiap melihatnya tidak ada rasa jijik, tidak juga merasa merinding di sekujur tubuh, ataupun merasa gatal-gatal. Bisa dikatan aku berhasil menyembuhkan phobiaku. Aku bahagia, aku sukses.

Tau dengan apa aku menyembuhkan phobia anehku ini?.

Suatu hari, kakak pertamaku, yang kebetulan suka jeprat-jepret menunjukkan sebuah foto.Aku tidak tahu foto apa, dia bilang bagus pokoknya. Langsung aku melihatnya, bergidik aku dibuatnya. Sebuah foto ulat yang banyak, berjumlah sekitar sepuluh ekor yang berkumpul pada satu dahan pohon. Aku terus mengamati, detik berganti, menit bergulir, hingga sekian lama waktu, aku merasa terpesona olehnya. Sungguh sangat cantik dan memesona.

Dan sejak saat itu, aku selalu mengagumi hewan ini, bila dilihat dari sisi lain, banyak keistimewaan yang dimiliknya. Selain bentuknya yang lucu, gaya berjalan yang unik, dan warna yang kadang sedap dipandang. Good Bye Phobia.... Welcome Caterpillar...

Gadis Kecil, Tersenyumlah....

Sangat mengiris-iris hati, melihat seorang gadis kecil berpakaian lusuh berlarian kecil diantara kerumunan orang. Berlari bukan karena bermain-main dengan teman sebayanya, melainkan untuk menjajakan dagangannya, koran. Perasaanku seketika iba melihatnya. Kudatangi gadis kecil itu, dan dia berlari. Namun dia berbalik badan, menatapku lagi dan duduk di pojokan parkiran. Aku mendatanginya, lagi. Dan mulai bertanya kepada gadis kecil itu.

Risky, nama gadis kecil itu. Berwajah polos, rambut diikat berantakan, dengan pakaian seadaanya. Masih tergolong sangat dini untuk berjuang melawan kehidupan yang berat baginya, di Ibu kota Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Berjualan koran, yah itulah yang dia lakukan setiap harinya, sehabis magrib hingga petang menjelang. meskipun dia masih bersekolah di tingkat kelas satu Sekolah Dasar.

Aku ingin menangis dihadapannya, malu rasanya.Seakan tamparan keras yang mungkin tidak telihat oleh orang lain, menyaksikan gadis yang masih sangat dini, mempertahankan hidupnya, untuk membiayai sekolah bahkan mungkin untuk sekedar sesuap nasi.

Perasaan sesak memenuhi rongga dada, sangat ironi. Melihat situasi yang ada. Diantara banyaknya orang yang sedang membuang uang di pusat perbelanjaan, terdapat beberapa anak yang bekerja keras untuk kelangsungan hidup mereka. Aku hanya berharap untuk Risky khususnya, semangat untuk hidupmu ya deek....

Semoga Allah memberimu yang terbaik, dan kamu bisa terus melanjutkan sekolahmu. Maaf, aku tidak bisa membantu banyak kemarin, hanya dengan membeli koranmu. Dan semoga kita bisa berjumpa di lain waktu. Sabar dan Semangat buatmu ya dek Risky.....



Yang Selalu Berjuang

Yang Selalu Berjuang: Tidak ada lelah demi sesuap nasi untuk berbuka...


The Virgin Beach


Menjalani aktifitas di Bulan Ramadhan dengan menjalankan seluruh aturan-Nya adalah hal yang sangat berat tapi disukai oleh-Nya. Bukan diartikan, karena puasa, menahan segala nafsu,yang harus pula menahan diri dari makan dan minum, badan menjadi tak bergairah untuk beraktifitas apapun. Malahan, jika melakukan aktifitas seperti biasa, puasa akan menjadi lebih nikmat apalagi saat berbuka.

Bukan hanya berdiam diri dirumah. Itu lebih tepatnya. Dan bukan karena alasan puasa pula, kegiatan yang menjadi kesenangan baruku terlewatkan yaitu travelling. Entah mengapa, jika mendapat ajakan pergi ke suatu tempat, naluriku langsung meng-iyakan ajakan tersebut bagaimanapun caranya dan sesibuk apapun, harus sebisa mungkin aku beri waktu khusus untuk aktifitas satu ini.

‘Na,, aku sekarang mau ke Blitar, ayo melu’. Pesan singkat dari Betty, salah seorang sahabat lama yang untuk sementara mengajar di Pare. Dan dia berencana untuk pergi ke rumah salah seorang temanku juga di
Blitar tepatnya. Ku-reply smsnya, ‘Kmu dimana?’. Langsung muncul balasan di HP nokia ku. ‘Udah di stasiun Kediri, cepetan nyusul, jam 11 kereta berangkat. Ayo!!!’. Kulihat jam dinding yang berdetak pelan tapi pasti. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.40 , itu berarti dua puluh menit mereka, Betty dan Chimo akan berangkat.

‘Gendeng a bet? 20 menit ke kediri, ya udah kamu berangkat ae. Ati-ati’, balasku sedikit memicingkan mata karena ajakan dari Betty yang benar-benar tidak logis. Entah mengapa, ada perasaan mengganjal di hati.

Kenapa tidak mengajakku sedari kemarin?. Kan aku bisa meluangkan waktu yang memang free pada hari itu. Blitar, tidak seberapa jauh, pikirku. Aku segera mengirimkan pesan singkat ke Mr. Anas untuk ide ku yang sedikit gila, yang tiba-tiba muncul. ‘Anterin aku ke Blitar habis ini pak’. Kutunggu balasan beberapa saat, aku sangat berharap dia langsung meng-iyakan permintaanku. ‘Okey, sekarang?’. Waah...bahagianya, dia langsung mengabulkan permintaanku. ‘Ok, Sekarang’.
Langsung tancap gas di siang bolong. Dalam waktu tidak sampai dua jam, aku sampai dirumah temanku.

Tapi, apa mau dikata, mereka berdua malah pergi ‘nyalon’. Gubraak!!!. Kutunggu beberapa saat hingga mereka berdua datang dengan wajah sumringah layaknya baru mendapat rejeki nomplok gara-gara habis ‘nyalon’. Hanya geleng-geleng kepala melihat dua makhluk aneh didepanku.

Bukan itu intinya dalam perjalanan ku kali ini. Malamnya pun, dengan dua motor aku dan kedua temanku tancap gas ke salah satu pusat kota, tepatnya di cafe tempat tongkrongan remaja disana. Sempat merencanakan pula kegiatan esok harinya pada hari Minggu. Kita putuskan untuk pergi ke salah satu pantai di Blitar yang tergolong masih virgin dengan pasir putihnya. Gondo Mayit, adalah pantai perawan itu.

Tanpa mandi pagi, kita berempat plus pacar Chimo berangkat sekitar pukul 8. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari satu jam, kita sampai di lokasi. Dengan tiket hanya 3000 saja, hamparan pantai dengan perahu berjajar rapi di pinggirnya langsung terlihat jelas dan menjadi suguhan yang sangat memanjakan mata. Tapi itu masih penampakan awal, masih ada pantai yang lebih menakjubkan dibalik bukit. Yaitu sang perawan Gondo Mayit, yang namanya sedikit membuat bulu kuduk bergidik.

Untuk mencapainya, gunung kecil atau biasa disebut bukit, perlu kita daki sebelum tiba di tujuan. Ngos-ngos an ditengah jalan, dalam kondisi perut kosong dan tenggorokan kering karena puasa, tidak menghalangi kita semua untuk mencapainya. Sedikit mengeluh dua teman wanita ku ini, karena memang mereka tidak sering melakukan hal ini.

Dan tidak sia-sia usaha kita saat itu, karena memang gulungan ombak putih, beserta riak-riak nya langsung hadir tepat dipelupuk mata. Permukaan laut yang biru, dipadu dengan karang-karang disekeliling pantai sungguh sangat istimewa. Ditambah dengan awan putih dengan background biru nya langit menjadikan hari semakin cerah. Sangat tepat dijadikan objek fotografi.

Semakin menambah rasa syukur ku kepada sang pencipta yang membuat gulungan ombak begitu teraturnya, tinggi dan besar ketika ditengah dan surut ketika ditepian. Yang membuat deretan karang tersusun rapi meskipun terkena terpaan ombak setiap saat, yang menciptakan hiasan awan tepat ditengah birunya langit, dan yang menghidupkan ikan-ikan kecil yang berebut tempat disela-sela karang.

Dan perjalanan pada bulan yang mulia ini menjadikanku semakin mencintai ciptaan Tuhan yang sungguh-sungguh sempurna. Tinggal bagaimana cara kita saja untuk bersyukur atas semuanya. Sampai jumpa lagi Gondo Mayit, lain kali aku akan menjajakimu keperawananmu lagi.

-Foto menyusul-

Going To Europe?! When Will It Happen?


Tertulis dalam catatanku, planning yang satu ini termasuk dream-list ku yang ke-23. Memang, dari satu tahun yang lalu, aku berusaha membuat sebuat list-list mimpi. Dari situ, aku akan berusaha mewujudkannya satu persatu. Semua kutuliskan didalamnya, dari hal terkecil hingga impian besar ku dimasa mendatang. Karena aku yakin, sebuah harapan yang baik akan menjadi nyata jika didukung dengan hal yang positif pula. Berjuang, berusaha, disertai dengan do’a.

Adalah keliling Eropa, dream list ku pada poin ke-23. Entahlah, mengapa aku tuliskan pada jejeran teratas pada listku, dari sekitar 120 list, posisi itu menduduki yang ke 23. Mungkin hanya sebuah kebetulan saja, tapi tak apalah untuk sebuah mimpi yang tinggi. Mungkin Tuhan mendengar dan mengabulkannya.
Eropa (2017). Begitu goresanku. Bisa terhitung dari sekarang, lima tahun lagi aku akan pergi kesana. Hanyalan yang singkat pada waktu itu. Dan sebuah harapan tinggi yang semoga Tuhan menaruh iba pada hambaNya dan akhirnya mengabulkan do’anya. Mungkin hanya mimpi untuk saat ini.

Benua dengan beribu cerita, sejarah, dan tempat-tempat dimana kita bisa mengambil sebuah hikmah didalamnya. Banyak yang belum aku ketahui tentang benua dengan segala hedonisme dan hingar bingar masyarakatnya. Tentang kisah dari masing-masing negara, sejarah, ataupun penduduk yang minoritas disana. Aku hanya mencoba membaca sedikit demi sedikit tentang itu. Mungkin ini bisa menjadi bekal, meski masih terbatas.

Dari ibu kota Paris, yang dikenal dengan kota romantisme, London, Brussels, Cologne, Frankfrut, Stuggart, Munich, Leipzig, Prague, Wroclaw, Lods, Krakow, Lviv, Kiev, Vienna, Budapest, Zargeb, Chisinau, Dessa, Belgrade, Sarajevo, Sofia, Bucharest, Istanbul, Ankar, Eskisehir, Konya, Antalya, Izmir, Nome d’ Anthenes, Paleermo, Naples, Rome, Milan, Turin, Genoa, Marseille, Barcelona, Zaragoza, Madrid, Valencia, Algiers, Malaga, Sevilla, Lisa bon, Granada dan terakhir Cordoba. Itu adalah kota-kota yang berada di Eropa. Hanya beberapa saja yang sering kudengar, dan sebagian lainnya sangat asing di telingaku. Ingin mengunjungi semua tempat itu? Pastinya.

Baru kuketahui sebenarnya, bahwasannya peradaban Islam sangat berkembang di Eropa dimasa lalu. Dan itu baru saja kubaca dari buku yang kupinjam dari salah seorang teman lama. '99 Cahaya di Langit Eropa’, buku ini ditulis oleh Hanum Salsabila Rais, putri dari Amien Rais. Mengisahkan tentang kisah perjalannya menjelajahi Eropa selama kurun waktu tiga tahun dia disana.

Perjalanan bukan dalam arti melakukan suatu travelling yang biasa, tapi dari sini bisa kuambil hikmah bahwasannya melakukan suatu perjalanan bukanlah hanya mencari tempat-tempat bagus, dan menikmati keunikan dan keindahan dari suatu tempat. Ada hal lain yang sebenarnya bisa kita petik dari setiap perjalanan yang kita lakukan. Yakni dapat menbawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan, dan itu yang terpenting.

Kata-kata itu kupetik dari ungkapan Hanum sendiri, hidup itu adalah perjalanan. Yang akan membuat seseorang itu tidak berada dalam kondisi stagnan. Melainkan membuat seseorang akan bertambah dari segi keilmuannya, dan agamanya. Dan lebih mendekatkan diri kepada pemilik semesta atas semua keagunganNya.

Semakin berhasrat untuk menjelajahi setiap lini dari bumi ini setelah membaca ungkapan dari salah seorang sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib tentang suatu perjalanan. ‘ Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra ciptaan-ciptaan Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutan pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan’.

Dan do’a ku selalu kupanjatkan kepada Mu Tuhan, agar nantinya semua list-list yang sekarang masih sebatas mimpi akan terkabul atas ijinMu.

Gara-Gara Flash Disk


Masih ingatkah anda saat  pertama kali mengenal benda multi fungsi yang bernama flash disk?. Saya masih. Waktu itu saya masih berada dalam masa Sekolah Menengah Pertama, kurang lebih sekitar tahun 2006, enam tahun yang lalu. Ketika itu, guru saya yang merangkap sebagai kepala sekolah mempresentasikan benda itu. Beliau mengeluarkan sesuatu ditengah-tengah pelajaran fisika dari dalam saku kemeja kotak-kotaknya. Membuka mulut dan memulai berbicara. ‘Taukah kalian benda apa ini?’. Kita,siswa ababil yang beranjak dewasa yang hanya berjumlah sebelas butir, terpana dengan mulut ternganga tanpa dosa.

‘Sebuah benda yang kalian semua pasti belum tau sebelumnya, benar?’. ‘Iya pak, benda apa itu?’, tanya kita serempak. Beliau mulai memamerkan didepan masing-masing wajah kita. Serasa melihat wahyu yang baru saja turun, ingin mengetahui gerangan apakah itu. Usut punya usut, beliau mulai menjelaskan secara rinci tentang fungsi, asal usul, dan apapun yang berkaitan dengan wahyu mengenai benda ajaib yang baru turun dari tangan seorang guru fisika.

Di jaman saya SMP dulu, teknologi belum maju sepesat sekarang. Tentang hal proses simpan-menyimpan file dan data penting lainnya hanya bisa disimpan dalam bentuk CD yang kapasitansnya tidak seberapa, atau kita harus menyimpan di dalam disket yang harganya hanya 1500 rupiah, itu untuk sekali pakai, dan tidak jarang virus-virus jahat mengancam, sungguh merepotkan.

Namun, setelah perkenalan dengan flash disk, hidup saya serasa berubah lebih mudah. Apalagi dalam hal simpan-menyimpan file, atau copy-paste data, itu sangat efektif. Dan hingga sekarang saya sudah menghabiskan empat flash disk karena kebanyakan dari mereka raib ditelan bumi. Huft, dan saya tidak menyesalkan hal itu. Karena memang setiap data yang saya simpan di flash disk pasti akan saya save juga di laptop.

Tapi, hal yang membuat saya tidak bisa tidur beberapa malam yang lalu adalah kehilangan flash disk pula. Bukan flash disk saya tepatnya. Karena saya harus meminjam untuk memindah beberapa data, dan saya berlaku sebagai tersangka kali ini. Ini berhubungan dengan hidup dan mati seorang teman. Saya meraibkan flash disk yang berisi hal yang sangat important bagi kelangsungan hidup teman saya, yaitu soft file dari skripsinya.

Sempat mengangis karena bodohnya saya karena sifat amnesia kambuh, atau mungkin sang flash disk telah dicintai orang lain dan masuk kedalam kotak pensilnya. Tidak tahulah, pusing saya memikirkan hal itu. Sudah berpuluh-puluh kali saya harus bertanya kepada ‘orang pintar’ yang kebetulan saya kenal beberapa. Tapi, jawaban mereka selalu tidak pasti, karena benda itu sering berpindah tangan lah, atau apalah. Dan yang lebih parah lagi, kata teman saya, sang flash disk telah dibawa seseorang pulang ke kampung halamannya.

Tidaaaaaaaak!!!!!. Saya ingin menjerit sekencang-kencangnya mendengar kenyatanyaan ini. Bagaimana pertanggung jawaban saya?. Sangatlah tidak mungkin saya membuatkan file skripsi baru untuk teman saya. Apakah saya mampu?.

‘Sarkem Ala Embong Anyar’


Beberapa hari yang lalu, sahabat dekatku yang sedang menuntut ilmu di salah perguruan tinggi di Malang, datang untuk mengunjungiku di Pare. Rencana awal dia menginap di tempat ku, namun karena ada ‘sesuatu’, akhirnya dia harus berteduh di camp temanku yang lain. Memang, plus minus delapan bulan kita tidak bertatap muka. Dimulai dari akhir lebaran tahun lalu dan baru saja bertemu sekitar lima hari yang lalu.

Setelah kurang lebih dua malam dia bersinggah di kota tunggu yang besar ini, akhirnya kita memutuskan untuk keluar bersama menikmati hawa malam Pare yang khas, dingin dan menusuk. Aku menjemputnya di salah satu lembaga kursusan tempat dia berada saat itu, sekitar pukul sembilan malam lebih. Harus menunggu nya berganti pakaian beberapa saat, hingga akhirnya aku dan dua temanku memutuskan untuk berkeliling Pare dengan bonceng rangkap tiga. Tidak masalah, sudah malam, pikirku. Dan aku rasa, polisi sudah tidak ada yang bersiaga dalam lindungan malam berhawa dua puluh lima derajat.

Aku menjadi sopir mereka berdua, karena memang posisinya aku sebagai tuan rumah. Menjadi tuan rumah yang baik, bijaksana, dan tidak sombong dengan mengajak tamu keluar atau setidaknya melayani mereka. Mengajak mereka berputar-putar disepanjang kota yang bisa dikatakan, kota simple but perfect. Aku melewati sepanjang jalan raya, alun-alun, berbelok kanan dan hingga mencapai Jl. Jaya Wijaya. Tau nggak?. Jalan itu biasa disebut ‘Embong Anyar’ oleh masyarakat setempat, yang artinya adalah jalan baru. Jalan ini tidak bisa dikatakan baru sebenarnya, karena memang pembangunan jalannya sudah sejak beberapa tahun yang lalu.

Mungkin karena sejarah-lah yang membuat nama jalan ini disebut ‘Embong Anyar’.  Jalan ini bisa dikategorikan seperti Gang Doli yang ada di Surabaya ataupun Sarkem yang ada di Jogja. Yups, tepat sekali, jalan ini memang tempat untuk prostitusi illegal di daerah Pare. Berbeda dengan gang Doli ataupun Sarkem yang memang sudah terkenal seantero negeri, Embong Anyar hanya sebatas tempat prostitusi untuk kalangan ekonomi kelas bawah. Bagaimana dengan para pelanggan yang mampir?. Bisa ditebak, para pengguna jasa pelacur hanyalah tukang becak ataupun pekerja kelas bawah lainnya.

Sempat melihat seorang pelacur ‘bencong’ sedang berdiri menunggu pelanggan yang mau menyewanya seharga lima ribu rupiah atau mungkin kurang dari angka itu, saat aku mengarahkan setir motor ke jalan itu. Berpakaian gaun putih yang sudah lusuh, dengan membawa tas jinjing,memakai rambut palsu yang sudah kumal pula, dan berdandan ala kadarnya denga bedak warna kontras dengan permukaan wajahnya, yang membuat wajah orang itu sedikit menakutkan.

Sudah sekitar pukul sepuluh malam lebih, ketika kita bertiga melewati jalan itu. Kita terpana menyaksikan
seorang pelacur yang sabar menunggu para konsumen bertangan kasar yang bersedia berhenti untuknya. 
Dengan gelapnya malam dan sunyinya malam, kita hanya berpikir apakah ada orang malam itu yang mau bersenggama dengannya. Perasaan iba tiba-tiba hinggap di dalam hati dan pikiran kita masing-masing. Sungguh berat hidup pelacur itu. Dan rasa syukurlah akhirnya yang muncul pada akhir perjalanan kita hingga tiba di Garuda Park untuk sekedar berbincang, meneguk segelas kopi disertai jagung bakar.

Berhenti Disini


Awalnya, saya hanya ingin berjuang untuk hidup saya. Dengan cara saya sendiri, tanpa harus ada orang lain yang  saya repotkan atau lebih tepatnya terganggu akan keberadaan saya. Mungkin itu berlebihan, tapi tidak saya kira. Apa salahnya berjuang untuk diri sendiri dalam hidup jika kita bisa melakukannya, dan saya kira semua orang patut melakukannya tanpa perkecualian.

Menjadi yang terbaik diantara yang baik, salah satu jembatan dalam perjalan demi meraih yang diimpikan. Banyak hambatan dan rintangan, pasti. Karena dengan adanya hal semacam itu, akan menjadi bumbu-bumbu yang semakin mempersedap dan mempernikmat hasil nantinya. Memang teorinya demikian, kesuksesan akan dicapai karena adanya usaha yang keras dari masing-masing individu. Dan dalam pencapaian sebuah titik yang bernama kesuksesan, akan muncul berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kerikil yang akan menghadang.

Mungkin dalam proses saya sekarang ini, dalam pencapaian sebuah titik, sebuah usaha dan niat yang kuat akan membuat semua akan terasa mudah. Meski kadang rasa jenuh dan lemahnya semangat menjangkit diri secara dan tiba-tiba, karena itu salah satu kerikilnya. Tidak adanya seseorang yang memberikan petuah ataupun kata-kata yang menenangkan akan memudahkan pikiran lelah cepat menjangkit. Dan saya mengalaminya, benar-benar masa yang sangat sukar.

Perlu pijakan yang sangat kuat dalam meniti proses yang panjang ini. Jenuh,bosan, lelah, dan semuanya bercampur, menjadi ramuan yang sangat pait untuk dinikmati. Ingin berhenti meski harus tetap berjalan. Ingin menyudahi meski masih sanggup untuk berdiri. Ingin berucap meski semuanya tercekat. Dan ingin mati untuk saat ini.

Semua Karena Satu


Kabar kabur di negara kita tercinta, Indonesia, menjadi salah satu trend yang menjamur dewasa ini. Tidak jarang sebuah pemberitaan menjadi hot topic satu hari, tapi dalam kemudian hari menjadi angin lalu yang tak menarik lagi untuk diperbincangkan. Tentang politik, kehidupan sosial dan berbagai macam persoalan. Seakan suatu kabar, entah itu kabar baik ataupun buruk menjadi hiburan yang menyelingi kehidupan.

Hot topic yang menjadi pembahasan beberapa waktu lalu oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia yang penyiarannya juga sangat gencar di media, adalah masalah penyakit yang disebabkan oleh makhluk kecil bernama ‘Tom Cat’. Entahlah, makhluk itu tiba-tiba naik daun oleh karena penayangan yang gencar di beberapa stasiun TV, hingga menjadi tayangan yang sangat dinantikan. Alhasil, sang raising star ini mendadak mendapat rating tertinggi beberapa bulan lalu. Hingga Nikita Willy, sang ratu sinetron tergeser sementara akan ketenarannya karena sang makhluk imut satu ini.

Tidak ada yang salah sebenarnya dengan makhluk kecil ini. Dia sudah menginjak panasnya bumi beratus-ratus tahun yang lalu mungkin, dan lebih dahulu pastinya dari nenek buyut saya, apalagi saya. Habitat aslinya adalah area persawahan yang kaya akan asupan nutrisi untuk dirinya. Dan dia pun juga sangat bermanfaat dalam kelangsungan rantai makanan dalam dunia persawahan. Tapi, dia selalu menjadi pihak yang paling bersalah ketika terdapat korban yang berjatuhan karenanya.

Sang ‘Tom Cat’ bukanlah hewan yang membahayakan, terutama bagi para petani. Mereka adalah sahabat setia yang saling menguntungkan, dengan kata lain simbiosis mutualisme. Manfaatnya begitu besar bagi para pencocok tanam yang berjibaku dengan hama setiap harinya. Tapi, karena beberapa alasan yang diutarakan manusia, makhluk ini menjadi tersangka yang seakan-akan wajib dibasmi selamanya.

Alasannya sederhana, mereka menyebabkan manusia berpenyakit. Penyakit ‘Tom Cat’, begitu saja sebutannya. Gejala yang nampak adalah kulit bagian luar melepuh, merah, dan rasanya perih dan panas (tutur para korban sang makhluk ini, karena saya tidak pernah dan tidak akan pernah ingin merasakannya). Bagian luar dari kulit pun akan menjadi berubah warna dari warna awal kulit asli. Dan kelihatannya meamang perih sekali.

Ini adalah penuturan dari beberapa murid SMA dari Jakarta yang menghabiskan liburan mereka di kampung Inggris, dan kebetulan menjadi member saya. Camp di Jalan Kemuning adalah tempat dimana kita semua berlindung dari sengatan matahari dan dinginnya angin malam. Dan tinggal pada wilayah camp pada area persawahan memberikan kita banyak sekali cerita. Begini ceritanya.

Tidak terlepas dari makhluk kecil yang bernama ‘Tom Cat’, karena setiap hari saya harus bertatap muka dengannya. Entah di dalam kamar, di kamar mandi, di tempat beribadah, hingga pada nasi yang saya makan, sejenis makhluk halus, ada dimana-mana. Yang awalnya saya sangat penarasan akan bentuk dan rupa makhluk ini, menjadi muak karenanya. Menjadi mimpi buruk ketika tiba-tiba saja makhluk ini menikmati tubuh saya dengan sengatannya.

Namun naas, dengan populasi Tom Cat yang sedemikian rupa di area ini, korban yang desebabkan hewan ini pun tidak sedikit. Terhitung sekitar delapan orang berhasil dia tahlukkan karena racunnya. Benar-benar menjadi berita yang booming di TV jika saja kejadian saat ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Namun sayang, hewan ini sudah tidak menjadi pilihan tontonan yang cukup menarik lagi di hati masyarakat jika ditayangkan dalam suatu berita.

Saya ternganga saja ketika semua korban yang jatuh adalah kebanyakan perempuan, dan hanya satu yang pria. Semua Tom Cat berjenis kelamin pria mungkin, dan kalaupun ada yang menyengat pria, itupun bisa dikatakan Tom Cat KW. Parahnya, hewan ini menyerang daerah tubuh yang rawan dan sensitif. Misalnya pada daerah leher, pinggul,dada, hingga tepat pada bibir. Apa maksud dari hewan ini?. Apakah dia tidak mempunyai pasangan lain untuk melampiaskan nafsunya?. Sangat menyedihkan.

Dan saya pun menaruh iba pada semua korban yang berjatuhan hari demi hari. Rasanya panas dan perih, tutur mereka. Dan saya pun berharap pada sang makhluk imut ini agar tidak lagi menaruh hasrat pada korban yang tidak sepatutnya dijadikan pelampiasan. Demikian pesanku padamu. Terimakasih.

Satu Setengah Jam Pertama

Mendadak menjadi rewritter untuk blog orang lain, itu yang terjadi padaku beberapa waktu lalu. Mendapat tawaran yang tidak dapat ditolak. Pekerjaan yang tidak memakan waktu yang banyak sebenarnya, ketika sudah terbiasa dengannya. Namun, tidak padaku. Aku tidak tahu-menahu soal rewritter sebelumnya, menulis ulang artikel orang lain dan mempublikasikannya dengan gaya dan bahasa yang lain dengan menyelipkan beberapa gambar yang sesuai.

Tidak heran, waktu yang kubuthkan untuk pembuatan artikel pertama adalah sekitar satu setengah jam. Waktu yang cukup banyak untuk satu artikel saja. Sempat mengeluh dan frustasi pada awalnya. Tapi aku sadar, itu masih permulaan dan mungkin tidak akan terjadi lagi satu setengah jam kedua. Dan alhasil, saat ini hanya sekitar dua puluh menit saja untuk satu artikel. Jauh lebih baik saya kira

Inilah postingan artikel pertamaku. Dengan memakan waktu satu setengah jam. Hehe. Sedikit tidak penting sebenarnya, bahan artikel yang kutulis ulang pada diriku sendiri. Tentang cat kuku yang memang pasarannya untuk orang Luar.


Zoya Nail Polish

Zoya is really a brand of nail polish that's like no other. It's fashionable, lengthy lasting, and most beneficial of all natural. There isn't any worry that severe and hazardous chemical substances will probably be painted on your nails or inhaled into your lungs. Zoya is secure for kids so you will find no worries about getting to tell your kid that they can't paint their nails.

Numerous nail polishes consist of harsh chemical substances that either assist adhere the polish for your nails, remain on to get a lengthy time, or produce that beautiful shade of color which you adore. Zoya is really a vegan polish that doesn't have any toluene, formaldehyde, DBP (phthalates) and camphor in it creating it secure to put on. Zoya has been granted  the longest lasting all-natural nail polish by an independent panel in Women's Health Magazine.

Zoya has more than 300 color styles to select from and produces four regular collections of polish a year. Zoya is all about vibrant condensed colors which will remain on your nails to get a lengthy time. Don't believe although that these polishes are easy and boring. There are a variety of glitter infused polishes, matte, and duo chrome polishes to select from.

When looking for Zoya their nail polishes are arranged for simple search outcomes. You are able to appear up a polish by new collection, seasonal collection, by general color ( ie. Red, blue, green, and so on...), or by name. When the outcomes to get a color come up there's a short description from the color, the color family members it's component of, the shade ( it's a crème or perhaps a metallic), the strength ( a scale of 1-5 with 1 becoming sheer and five becoming opaque ), the sculpt ( comfy or cool ), and also the collection it's component of. You will find also user critiques for the color so you are able to get unbiased opinions on the polish. If you're unsure about a color you are able to buy a color spoon for $.50 and you'll get credit for the price from the spoon whenever you make a buy of a bottle of Zoya.

Don't be surprised to possess a manicure remain chip totally free for a minimum of a week along with a pedicure appear as great because it did the first day as much as two weeks later. These polishes are meant to final a whilst so there isn't any frustration that the color will chip rapidly. The majority of the time you'll modify your Zoya manicure and pedicure because of boredom having a color instead of simply because from the reality that your nails are chipped.

There's an enormous Facebook following for Zoya and they encourage their followers often. Frequently they've extremely discounted polishes and totally free gifts with buying minimal acquire. Zoya truly cares about their clients and encourages feedback and ideas for names of their polishes. All Zoya polishes are named following ladies. You will find typical run from the mill names in addition to these which are much more exotic and original.

-Semoga saja ada manfaatnya untuk orang lain-

Sebuah Mimpi Dalam Mimpi


‘Perpisahan ini adalah sebuah jalan untuk meraih mimpi. Dan dalam pencapaian itu, ada sebuah mimpi indah lainnya yaitu kembali bersama’.

Dalam masaku yang seperti ini, aku sangat mengamini kata-kata itu. Kata yang keluar dari salah seorang sahabat dekat. Diam bukan berarti tak punya pendapat, tapi apa perlu disalahkan kalau sebuah ucapan memang benar adanya.

Hidup memang seperti ini, begitu banyak hal yang terjadi. Dan tak melulu hal-hal indah yang mewarnainya, karena kadang bila hidup hanya diwarnai dengan euforia saja, akan menjadikan sebuah keadaan menjadi stagnan dan mati. Dan pasti, setiap orang menolak hal yang demikian, mati dan stagnan tanpa pencapaian yang nyata.

Ada seseorang bertanya, ketika sedang berbincang di persimpangan jalan dan melihat banyak pemuda berkumpul dalam satu kumpulan motor, dan hanya begitu saja malam-malam yang mereka habiskan. Hidup mereka bahagia, bersama menghabiskan waktu meskipun tanpa ada hal yang menantang dalam perjalanannya. ‘Apa kamu hidup seperti mereka?’. Stagnan dan tak ada pencapaian.

Berbicara soal perpisahan, memang hal itu adalah hal yang paling dihindari oleh siapapun. Bertemu, bersama, dan berpisah menjadi suratan hidup yang tak bisa seorang pun terlepas darinya. Dan selamanya akan begitu, meskipun sebesar apapun usaha manusia untuk mencegahnya, tak ada yang mampu menahannya.

Perpisahan untuk mimpi. Aku baru tersadarkan akan maknanya. Bahwa itu adalah hal yang berat tapi indah. Adalah sebuah reflexi dari sebuah keadaan, keadaan yang mengekang tetapi berbuah kebahagiaan ketika pencapaian sudah didepan mata. Harapanku pun juga demikian adanya. Berusaha dan berdo’a untuk hal yang baik.
***
‘Rasa sakit ketika berpisah adalah pancaran dari ego yang kuat’

Baru kudengar kalimat yang menusuk itu beberapa saat yang lalu. Bukan tertuju padaku sebenarnya, karena sahabat ku pun juga tidak pernah tahu apa yang terjadi padaku. Tapi aku merasakannya, sebuah ucapan bagaikan pedang yang menebasku hingga tak sadar diri bahkan mati. Sebuah ego, sulit untuk dijelaskan tapi akan berakibat fatal bila dibiarkan.

Dan sayangnya, aku baru menyadari hal itu. Ego ku terlalu dominan dalam hal ini. Hingga membuat rasa sakit itu terus mengakar layaknya puluhan jarum menancap didalam dada. Dan mungkin, itu juga memberatkanmu pada situasi ini. Tapi aku percaya, ego mu tidak sebesar aku.

Sebuah mimpi yang menjadikan suatu perpisahan tidaklah menjadi suatu problema ketika ada mimpi lain dibalik mimpi lain yaitu kembali bersama. Dan aku percaya hal itu. Satu kata terakhir, ‘Maafkan aku, sayang’.

Yang Tersalah Diantara yang Salah

Di pengasingan ini aku menemukanmu. Dalam keadaan setengah sadar tak terjangkau. Setelah sekian lama terasingkan dalam peradabanku sendiri. Merasa sendiri dalam ribuan manusia bernyawa. Menyendiri dalam lindungan kabut putih yang lembut membelai. Mengapa kau datang?. Pertanyaan yang tidak butuh jawaban untuk saat ini.

Mungkin memang benar kalau aku pernah ada tapi tak ada. Sesuatu yang membuatku selalu mencerna dari setiap apa yang tergores. Meresapinya walau itu terlampau jauh. Merasakan hal yang semu untuk sekian lama. Membuatku menggila karenanya. Yang sebelumnya memang tak pernah kuharapkan. Menyesuaikan dari kasta yang berbeda, yang sudah terlampau dalam memahaminya.

Dan lagi-lagi, aku tidak pernah mengerti. Atau aku yang terlalu bodoh?. Kalau mungkin kau tau, tidak pernah sekalipun aku merasa bahagia diatas keterasinganmu. Kalau pu begitu, aku lah pihak yang paling salah diantara yang salah. Baiklah, aku setuju dengan ucapanmu. Kuturuti apa yang kau mau, meskipun butuh banyak sekali detik yang harus bergulir.

Semua sudah ter-setting baik dalam ratusan bahkan mungkin ribuan sel otak. Menemukan makna atas apa yang tersampaikan tidak semudah apa yang kamu pikirkan. Menyembuhkan sesuatu yang abstrak dalam hal ini juga tidak lah semudah ketimbang memulainya. Masa ini adalah hal tersulit yang pernah kurasakan dalam perjalan ini. Asal kau tau saja.

Berpuluh-puluh jarum seakan menancap dalam dada hingga sering membuat susah bernafas. Api pun seakan membakar diri hingga terasa panas. Tapi apa yang bisa kuperbuat?. Hanya satu kata. Diam.Tanpa melakukan apapun ketika itu terjadi. Dan penantian selanjutnya adalah penantian pada air mata. Dan aku rela, karena telah kumulai awalnya. Berharap yang baik, itu pasti. Tapi seiring berjalannya waktu, apakah kau selalu yakin dengan hal itu?.

Apapun tentang filosofimu, hanya kata ‘terserah’ yang bisa mewakilinya. Duniamu adalah duniamu , dan aku tak perlu memperdulikannya lagi, karena kau pun juga tidak lagi menganggapnya. Sikap lamaku lambat laun akan muncul kembali aku kira. Menganggap semua orang sama, dan itu hakku. Tidak pernah rela sebenarnya, aku berkata sedemikian lancang. Tapi sekali lagi, ini hakku.

Puaskah kau?, membuat permainan ini sedemikian sempurna?. Benar-benar hebat dan perlu kuacungi jempol.  Hanya satu diantara seribu yang berhasil melakukannya. Kata terimakasih harus kuucapkan padamu yang telah menjadikanku sedemikian rupa. Terimakasih banyak.

Selimut dalam pangkuanku sudah membasah terkena linangan air yang entah jatuh tanpa aba-aba. Segera kuusap pipi dengan tegarnya jari-jari yang menyekanya. Masih banyak waktu dalam penyembuhan ini. Dan aku pasti akan menjadi yang kuat diantara yang kuat. Dengan iringan lagu Raisa, kututup mataku yang mulai memerah.

Puisi Terakhir Untukku


Dengan perasaan yang campur aduk, aku meninggalkan kalian. Di kota itu, aku berkenalan hingga melambaikan tangan tanda perpisahan untuk kalian. Singkatnya waktu saat itu, bukan menjadi halangan untuk saling mengerti dan mengasihi. Dengan pengertian dan rasa tulus untuk saling memahami, itu cukup membuat kita dekat meski waktu yang hanya sesaat.

Hanya beberapa saat saja aku bersama kalian, hingga waktu jua yang memisahkan kita. Salah seorang dari kalian membuat sebuah kenangan yang benar-benar mengesankan. Sepucuk surat dia selipkan di saku bajuku. Dengan menahan derai air mata yang akan jatuh, dia berlari menghindar dariku. Takut kalau benar-benar menangis di hadapanku karena berpisah. Hanya diam tanpa kata-kata, menatap dia berlari menjauh dariku. Benar-benar kehilangan.

Setiba ditempat tinggalku, aku langsung membuka dan membaca sepucuk kertas dengan tulisan tangan yang cukup rapi untuk anak Sekolah Menengah Pertama. Aku baca dari baris ke baris. Dengan kata-kata yang disusun sedemikian rupa oleh anak itu, membuat mataku pedih, hingga ingin meneteskan air mata. Meskipun aku bisa menahannya.

Kembali Tiada

Jauh sebelum kalian ada
Aku dilanda kegelapan
Yang ditelan sang malam
Dan tak tahu apa-apa

Kau datang bagai matahari
Sinar terang menyinariku
Mengangkat otakku
Untuk menuju masa depan

Kau, menjadikanku lebih tahu
Lebih mencintai ilmu itu
Dan membuatku lebih maju

Dari pertama hingga berujungnya masa
Kalian selalu bersama
Tapi sejak saat ini dan nanti
Kalian kembali tiada
(Felach Aunur, tanpa perubahan)

Sepucuk puisi dari seorang anak SMP yang benar-benar tulus diungkap dari segenap perasaan hatinya. Menjadikan kenangan tak terlupakan dibalik kesedihan karena sebuah perpisahan. Terimakasih untuk semuanya, kenangan dan semua yang kalian berikan kepadaku membuat hidupku lebih berwarna dan merasa lebih bermanfaat bagi orang lain. Thanks.

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.