Kabar kabur di negara
kita tercinta, Indonesia, menjadi salah satu trend yang menjamur dewasa ini.
Tidak jarang sebuah pemberitaan menjadi hot topic satu hari, tapi dalam kemudian
hari menjadi angin lalu yang tak menarik lagi untuk diperbincangkan. Tentang
politik, kehidupan sosial dan berbagai macam persoalan. Seakan suatu kabar,
entah itu kabar baik ataupun buruk menjadi hiburan yang menyelingi kehidupan.
Hot topic yang menjadi
pembahasan beberapa waktu lalu oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia yang
penyiarannya juga sangat gencar di media, adalah masalah penyakit yang
disebabkan oleh makhluk kecil bernama ‘Tom Cat’. Entahlah, makhluk itu
tiba-tiba naik daun oleh karena penayangan yang gencar di beberapa stasiun TV, hingga
menjadi tayangan yang sangat dinantikan. Alhasil, sang raising star ini
mendadak mendapat rating tertinggi beberapa bulan lalu. Hingga Nikita Willy,
sang ratu sinetron tergeser sementara akan ketenarannya karena sang makhluk
imut satu ini.
Tidak ada yang salah sebenarnya
dengan makhluk kecil ini. Dia sudah menginjak panasnya bumi beratus-ratus tahun
yang lalu mungkin, dan lebih dahulu pastinya dari nenek buyut saya, apalagi
saya. Habitat aslinya adalah area persawahan yang kaya akan asupan nutrisi
untuk dirinya. Dan dia pun juga sangat bermanfaat dalam kelangsungan rantai
makanan dalam dunia persawahan. Tapi, dia selalu menjadi pihak yang paling
bersalah ketika terdapat korban yang berjatuhan karenanya.
Sang ‘Tom Cat’ bukanlah
hewan yang membahayakan, terutama bagi para petani. Mereka adalah sahabat setia
yang saling menguntungkan, dengan kata lain simbiosis mutualisme. Manfaatnya
begitu besar bagi para pencocok tanam yang berjibaku dengan hama setiap
harinya. Tapi, karena beberapa alasan yang diutarakan manusia, makhluk ini
menjadi tersangka yang seakan-akan wajib dibasmi selamanya.
Alasannya sederhana,
mereka menyebabkan manusia berpenyakit. Penyakit ‘Tom Cat’, begitu saja
sebutannya. Gejala yang nampak adalah kulit bagian luar melepuh, merah, dan
rasanya perih dan panas (tutur para korban sang makhluk ini, karena saya tidak
pernah dan tidak akan pernah ingin merasakannya). Bagian luar dari kulit pun
akan menjadi berubah warna dari warna awal kulit asli. Dan kelihatannya meamang
perih sekali.
Ini adalah penuturan dari
beberapa murid SMA dari Jakarta yang menghabiskan liburan mereka di kampung
Inggris, dan kebetulan menjadi member saya. Camp di Jalan Kemuning adalah
tempat dimana kita semua berlindung dari sengatan matahari dan dinginnya angin
malam. Dan tinggal pada wilayah camp pada area persawahan memberikan kita
banyak sekali cerita. Begini ceritanya.
Tidak terlepas dari
makhluk kecil yang bernama ‘Tom Cat’, karena setiap hari saya harus bertatap
muka dengannya. Entah di dalam kamar, di kamar mandi, di tempat beribadah,
hingga pada nasi yang saya makan, sejenis makhluk halus, ada dimana-mana. Yang
awalnya saya sangat penarasan akan bentuk dan rupa makhluk ini, menjadi muak
karenanya. Menjadi mimpi buruk ketika tiba-tiba saja makhluk ini menikmati
tubuh saya dengan sengatannya.
Namun naas, dengan
populasi Tom Cat yang sedemikian rupa di area ini, korban yang desebabkan hewan
ini pun tidak sedikit. Terhitung sekitar delapan orang berhasil dia tahlukkan
karena racunnya. Benar-benar menjadi berita yang booming di TV jika saja
kejadian saat ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Namun sayang, hewan ini sudah
tidak menjadi pilihan tontonan yang cukup menarik lagi di hati masyarakat jika
ditayangkan dalam suatu berita.
Saya ternganga saja
ketika semua korban yang jatuh adalah kebanyakan perempuan, dan hanya satu yang
pria. Semua Tom Cat berjenis kelamin pria mungkin, dan kalaupun ada yang
menyengat pria, itupun bisa dikatakan Tom Cat KW. Parahnya, hewan ini menyerang
daerah tubuh yang rawan dan sensitif. Misalnya pada daerah leher, pinggul,dada,
hingga tepat pada bibir. Apa maksud dari hewan ini?. Apakah dia tidak mempunyai
pasangan lain untuk melampiaskan nafsunya?. Sangat menyedihkan.
Dan saya pun menaruh iba
pada semua korban yang berjatuhan hari demi hari. Rasanya panas dan perih,
tutur mereka. Dan saya pun berharap pada sang makhluk imut ini agar tidak lagi
menaruh hasrat pada korban yang tidak sepatutnya dijadikan pelampiasan.
Demikian pesanku padamu. Terimakasih.