Yang Tersalah Diantara yang Salah

Di pengasingan ini aku menemukanmu. Dalam keadaan setengah sadar tak terjangkau. Setelah sekian lama terasingkan dalam peradabanku sendiri. Merasa sendiri dalam ribuan manusia bernyawa. Menyendiri dalam lindungan kabut putih yang lembut membelai. Mengapa kau datang?. Pertanyaan yang tidak butuh jawaban untuk saat ini.

Mungkin memang benar kalau aku pernah ada tapi tak ada. Sesuatu yang membuatku selalu mencerna dari setiap apa yang tergores. Meresapinya walau itu terlampau jauh. Merasakan hal yang semu untuk sekian lama. Membuatku menggila karenanya. Yang sebelumnya memang tak pernah kuharapkan. Menyesuaikan dari kasta yang berbeda, yang sudah terlampau dalam memahaminya.

Dan lagi-lagi, aku tidak pernah mengerti. Atau aku yang terlalu bodoh?. Kalau mungkin kau tau, tidak pernah sekalipun aku merasa bahagia diatas keterasinganmu. Kalau pu begitu, aku lah pihak yang paling salah diantara yang salah. Baiklah, aku setuju dengan ucapanmu. Kuturuti apa yang kau mau, meskipun butuh banyak sekali detik yang harus bergulir.

Semua sudah ter-setting baik dalam ratusan bahkan mungkin ribuan sel otak. Menemukan makna atas apa yang tersampaikan tidak semudah apa yang kamu pikirkan. Menyembuhkan sesuatu yang abstrak dalam hal ini juga tidak lah semudah ketimbang memulainya. Masa ini adalah hal tersulit yang pernah kurasakan dalam perjalan ini. Asal kau tau saja.

Berpuluh-puluh jarum seakan menancap dalam dada hingga sering membuat susah bernafas. Api pun seakan membakar diri hingga terasa panas. Tapi apa yang bisa kuperbuat?. Hanya satu kata. Diam.Tanpa melakukan apapun ketika itu terjadi. Dan penantian selanjutnya adalah penantian pada air mata. Dan aku rela, karena telah kumulai awalnya. Berharap yang baik, itu pasti. Tapi seiring berjalannya waktu, apakah kau selalu yakin dengan hal itu?.

Apapun tentang filosofimu, hanya kata ‘terserah’ yang bisa mewakilinya. Duniamu adalah duniamu , dan aku tak perlu memperdulikannya lagi, karena kau pun juga tidak lagi menganggapnya. Sikap lamaku lambat laun akan muncul kembali aku kira. Menganggap semua orang sama, dan itu hakku. Tidak pernah rela sebenarnya, aku berkata sedemikian lancang. Tapi sekali lagi, ini hakku.

Puaskah kau?, membuat permainan ini sedemikian sempurna?. Benar-benar hebat dan perlu kuacungi jempol.  Hanya satu diantara seribu yang berhasil melakukannya. Kata terimakasih harus kuucapkan padamu yang telah menjadikanku sedemikian rupa. Terimakasih banyak.

Selimut dalam pangkuanku sudah membasah terkena linangan air yang entah jatuh tanpa aba-aba. Segera kuusap pipi dengan tegarnya jari-jari yang menyekanya. Masih banyak waktu dalam penyembuhan ini. Dan aku pasti akan menjadi yang kuat diantara yang kuat. Dengan iringan lagu Raisa, kututup mataku yang mulai memerah.

Puisi Terakhir Untukku


Dengan perasaan yang campur aduk, aku meninggalkan kalian. Di kota itu, aku berkenalan hingga melambaikan tangan tanda perpisahan untuk kalian. Singkatnya waktu saat itu, bukan menjadi halangan untuk saling mengerti dan mengasihi. Dengan pengertian dan rasa tulus untuk saling memahami, itu cukup membuat kita dekat meski waktu yang hanya sesaat.

Hanya beberapa saat saja aku bersama kalian, hingga waktu jua yang memisahkan kita. Salah seorang dari kalian membuat sebuah kenangan yang benar-benar mengesankan. Sepucuk surat dia selipkan di saku bajuku. Dengan menahan derai air mata yang akan jatuh, dia berlari menghindar dariku. Takut kalau benar-benar menangis di hadapanku karena berpisah. Hanya diam tanpa kata-kata, menatap dia berlari menjauh dariku. Benar-benar kehilangan.

Setiba ditempat tinggalku, aku langsung membuka dan membaca sepucuk kertas dengan tulisan tangan yang cukup rapi untuk anak Sekolah Menengah Pertama. Aku baca dari baris ke baris. Dengan kata-kata yang disusun sedemikian rupa oleh anak itu, membuat mataku pedih, hingga ingin meneteskan air mata. Meskipun aku bisa menahannya.

Kembali Tiada

Jauh sebelum kalian ada
Aku dilanda kegelapan
Yang ditelan sang malam
Dan tak tahu apa-apa

Kau datang bagai matahari
Sinar terang menyinariku
Mengangkat otakku
Untuk menuju masa depan

Kau, menjadikanku lebih tahu
Lebih mencintai ilmu itu
Dan membuatku lebih maju

Dari pertama hingga berujungnya masa
Kalian selalu bersama
Tapi sejak saat ini dan nanti
Kalian kembali tiada
(Felach Aunur, tanpa perubahan)

Sepucuk puisi dari seorang anak SMP yang benar-benar tulus diungkap dari segenap perasaan hatinya. Menjadikan kenangan tak terlupakan dibalik kesedihan karena sebuah perpisahan. Terimakasih untuk semuanya, kenangan dan semua yang kalian berikan kepadaku membuat hidupku lebih berwarna dan merasa lebih bermanfaat bagi orang lain. Thanks.

Terbelenggu Lalu Terbebas

Di bawah lindungan lampu remang-remang, aku hanya ingin menulis beberapa kata-kata setelah sekian lama jemari ini tidak menari diatas komputer ungu mudaku. Aku tidak tahu harus dimulai dari mana. Ribuan kata berjejal di dalam kepala, semua ingin berlomba untuk mencapai garis finish dengan keluar dari otak yang mulai memanas. Sudah tidak tahan mungkin mereka, hanya berdiam diri seperti halnya dipenjarakan didalam sel yang tua. Di dalam ruangan gelap yang hanya memenjarakan diri mereka saja sepertinya, tanpa adanya asupan apapun yang bermanfaat bagi kehidupannya. Aku hanya berfikir dan diam, akan kuapakan mereka. Bila kuperlakukan hal yang sama seperti yang telah lalu, aku yakin, mereka akan mengamuk dan akan berontak ingin terbebas dari dalam penjara ini. Dan pasti akan fatal akibatnya.

Mata hanya bisa terbuka tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi yang pertama dalam meloloskan diri dari kekangan ini. Telinga, hidung, tangan, kaki, dan semua, seakan tertawa melihat ribuan huruf yang berlomba seakan berlari dengan satu tujuan, yaitu bebas dari penjara yang membelenggu. Semua seakan tidak ada yang membelaku untuk mempertahankan mereka didalam penjara pribadiku yang gelap dan tak bernyawa. Aku menyerah. Power mereka terlalu besar dibanding diri ini yang sedang tak berdaya. Aku persilahkan kalian menang. Silahkan.


Sepertinya kalian senang, setidaknya beberapa dari kalian sudah menang dan berhasil meraih impian kalian. Kuakui kalian hebat. Setidaknya teman kalian yang lain diluar sana tidak pernah terpenjara seperti kalian didalam sel  usang dalam diriku. Bermilyar-milyar teman kalian sudah tersenyum bahagia dan terbebas  dari segala belenggu yang mengikat dalam satu ikatan. Aku yakin, mereka jauh lebih bahagia dan merasakan manfaat yang besar dari keberadaan mereka.

Apakah kalian marah padaku karena selalu mengekang kalian agar tetap mendekap dalam satu ruang gelap?. Tidak membiarkan kalian terbebas menari didunia luar. Menikmati indahnya udara bebas dan tidak lagi menunggu kapankah ada perlombaan untuk menjadi yang pertama dan juara. Maafkan untuk semua. Aku juga tidak ingin sebenarnya membiarkan kalian terus dan terus terpenjara. Keluarlah dan pijaklah dunia sesukamu. Aku tidak akan membelenggu lagi, aku tidak akan memaksa kalian lagi. Sekarang, terserah kalian. Akan kuturuti semua keinginan kalian.

Jika kalian terus berjejal saling melawan untuk menjadi pemenang, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali terus mengadakan perlombaan untuk kalian. Apakah kalian setuju?, akan kuadakan perlombaan setiap saat untuk ribuan bahkan jutaan dari kalian untuk menjadi pemenangnya. Paksalah diri kalian juga untuk perlombaan yang akan kuadakan kapan saja. Keinginanku hanya satu, kalian semua akan merasakan betapa indahnya diluar sel yang telah usang. Yakinlah.

Gagahnya 'Tretes'


Refreshing, tujuan utama perjalanan kali ini, bersama semua rekan-rekan dan pastinya atas ajakan bos besar Elfast Mr. Andre. Setelah selesainya program fullday satu minggu penuh yang memang cukup menguras tenaga dan pikiran kita semua. Akhirnya, hari Minggu tanggal 29 Mei kemarin, team yang berjumlah sekitar 15 orang siap untuk memulai perjalanan liburan singkat waktu itu.

Rencana awal memang pergi ke tempat yang memanjakan mata, ada dua pilihan sebenarnya. Antara air terjun Sedudo di Nganjuk dan pantai pasir putih di Situbondo. Dengan pertimbangan lamanya perjalanan, air terjun Sedudo-lah yang menjadi pilihan. Menjelang satu hari keberangkatan, beredar kabar bahwa air terjun Sedudo tidak begitu cantik dan menawan. Batal-lah rencana pergi kesana. Dan keputusan terakhir di hari keberangkatan adalah keputusan dari sang empunya hajat sendiri, Mr. Andre.

Akhirnya, air terjun Tretes di perbatasan Malang dan Jombang yang menjadi tujuan. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dengan mobil, melewati jalan meliuk-liuk dengan pemandangan pepohonan hijau yang membentang sepanjang jalan di sisi kanan-kiri. Sejuk dan damai rasanya. Berhenti sejenak di tengah hutan untuk mengabadikan beberapa foto bersama. Kebetulan, ada fotografer amatir yang siap mengambil semua foto kita, Mr. Fais. Hehe.

Elfast Crew
 Menurut informasi dari beberapa sumber, air terjun ini adalah yang tertinggi di Jawa Timur. Yang tingginya mencapai 170 meter. Hm, betapa indahnya, bayangan kita semua pada awal mendengar info itu. Mempersiapkan beberapa botol air untuk bekal perjalanan panjang yang akan kita tempuh. Dan tak lupa membawa gula merah untuk penambah tenaga ketika tenaga mulai berkurang di tengah jalan.

Perjalanan melewati hutan yang masih alami untuk sampai di air terjun memakan waktu yang cukup lama. Jalan yang menanjak, rerimbunan semak, pohon besar yang tumbang, hingga lintah-lintah ganas yang siap menghisap darah segar manusia menjadi sensasi yang menantang untuk perjalanan saat itu. Namun, itu tidak menjadi kendala yang menghambat aku dan rekan-rekan untuk segera sampai di satu tujuan yang katanya, memang sangat luar biasa indah. Dan hal itu menjadi satu penyemangat untuk mempercepat perjalanan meskipun dengan berbagai macam rintangan.


Tidak jarang kita berhenti di tengah sungai yang mengalir indah dengan airnya yang sedingin air es, untuk mengistirahatkan urat-urat kaki yang mulai pegal dan juga berfoto ria untuk menambah semangat pula. Dengan tenaga yang berbeda, rombongan kita banyak yang terpisah di tengah perjalan. Ada yang mendahului dan ada pula yang masih tertinggal jauh dibelakang. Aku tidak sadar, bahwa aku hanya seorang diri berjalan di tengah hutan tanpa seorang pun yang berada didepan maupun debelakangku. Kunikmati saja perjalanan itu dengan sesekali melihat bagian kaki, mungkin saja lintah sudah menikmati darah segarku. Tapi, darahku terlalu pahit mungkin, hingga lintah pun tak mau menghisap darah segarku. Hehe.

Setelah berjalan selama kurang lebih satu setengah jam, tampaklah sang air terjun yang gagah dengan tingginya yang menjulang menyentuh langit. Tidak sabar saja ingin segera sampai dan merasakan tajamnya cipratan air yang jatuh dari ketinggian 170 meter. Baju yang basah karena harus melewati aliran sungai di sepanjang jalan, semakin menambah heboh rasa dingin yang menusuk tulang. Tiupan angin yang kencang dari sumber air membuat badan menggigil dibuatnya.

Tretes Waterfall
Ingin teriak sekencang-kencangnya saat sampai di bawah air terjun Tretes. Memang benar, air terjunnya sangat indah dengan ketinggiannya. Bisa dibilang, air terjun ini mempunyai tinggi tiga kali dari air terjun Coban Rondo di Malang. Sungguh luar biasa, meskipun volume air yang jatuh tidak seberapa.

Segera kurasakan sentuhan cipratan air yang membelai pipi dan sekujur tubuh hingga gigi pun terasa gemetar dibuatnya. Duduk diatas batu kali yang besar didepan air terjunnya tepat. Namun sayangnya, momen indah dibawah air tejun tidak diabadikan oleh Mr. Fais, karena khawatir kameranya akan error bila terkena air. Padahal, kita semua menunggu saat-saat yang indah dengan mengabadikan gambar dibawah air terjun langsung. Untungnya, aku membawa kamera digital yang bisa dibuat cadangan untuk memotret momen bersama dibawah air terjun Tretes. Seneng kan kalian semua bisa tetap eksis. Hehe.

Setelah merasakan dahsyatnya hawa dingin yang merasuk hingga tulang, cacing-cacing di perut mulai berdendang ria, ingin segera diberi makanan. Namun sayangnya, kita tidak membawa apapun yang bisa dinikmati. Dan semuanya merasakan hal yang sama, perut yang mililit karena perjalanan yang begitu menantang. Hm, menyesal karena tidak ada persiapan sebelumnya.

Hanya bisa menahan rasa lapar yang teramat sangat dalam perjalanan pulang melewati rimbunan hutan lagi. Tapi petualangan saat itu memang beda dari petualangan yang lain. Benar-benar menantang. Dan suatu saat nanti, berharap bisa kesana lagi dengan orang yang berbeda.

Dan satu hal yang pasti, otak kita semua benar-benar fresh lagi setelah melakukan perjalan kali itu. Suasana alam memang kadang membuat pikiran bersih dan semangat lagi untuk melakukan rutinitas yang biasa kita jalani. Dan pastinya, pengalaman indah dalam suatu perjalanan akan selalu didapat.

SATU MESKI DUA


Kamu adalah aku
Dan aku adalah kamu
Dua yang sebenarnya Satu
Dalam hati yang dirundung rindu
Dalam jiwa yang sedang berduka
Menanti sesuatu yang tidak terteka

Hanya Dia yang tahu
Kapan saatnya bersatu
Menjadi satu meskipun dua
Menjadi utuh tanpa ada yang rapuh
Menjadi ada meski tiada
Menjadi nyata dalam fana

Hanya satu pintaku...
Tetap satu meskipun dua

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.