Kultum Subuh Tadi
Kamis, 06 September 2012
Tiba-tiba mataku
terbelalak didalam kesunyian subuh yang mulai menyapa. Hari ini aku harus
beradaptasi lagi, ditengah-tengah lingkungan yang baru, dan memulai semua
awalnya. Jamaah subuh. Ya, itu yang harus kulakukan mulai detik tesebut.
Menyimak kuliah tujuh
menit setelah sholat, jarang sekali aku lakukan. Tapi subuh itu terasa berbeda
saat mendengar kultum yang sangat menyentuh oleh seorang ustadz. Singkat cerita,
beginilah isinya.
Suatu masa ada seorang
anak dan seorang ibu yang berbincang-bincang ringan. Waktu itu, sang anak masih
dalam masa Sekolah Dasar, bisa dikatakan masa pertumbuhan. Di dalam
perbincangan tersebut, sang ibu bertanya kepada sang anak,
“ Nak, tahukah kamu
bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.
“ Bagian tubuh yang
paling penting?” pikir sang anak. “Mata, karena kalau aku tidak mempunyai mata,
aku tidak akan bisa melihat bu.” Begitulah jawaban sang anak.
“ Jawaban mu benar, tapi
kurang tepat nak.” Sang ibu menjawab.
Seiring berjalannya
waktu, ucapan sang anak terbukti bahwasannya ungkapan tersebut kurang tepat
adanya.
Memang, mata adalah panca indra yang berfungsi untuk melihat. Tapi apakah
tanpa mata, hidup kita akan berakhir?. Tidak. Masih ada hati yang bisa lebih
peka untuk melihat, tidak hanya lahiriah, melainkan juga batiniyah.
Setelah beranjak remaja,
sang ibu bertanya lagi kepada sang anak tentang pertanyaan yang sama.
“ Nak, tahukah kamu
bagian tubuh mana yang paling penting?” tanya sang ibu.
Kali ini, sang anak
menjawab dengan jawaban yang berbeda.
“ Telinga bu, karena telinga sangat penting untuk mendengar. Kalau kita tidak mempunyai
telinga kita pasti tuli, tidak bisa mendengar.” Jawab sang anak yakin.
Ibu hanya tersenyum, “Jawaban
yang bagus, tapi belum tepat juga nak. Coba kamu pikirkan lagi.” Jawab sang
ibu.
Sama halnya dengan mata,
telinga pun juga merupakan organ penting di dalam tubuh manusia. Tapi, apakah
tanpa telinga, hidup akan berakhir pula?. Jikalau seseorang tuli, ataupun buta,
orang itu masih mendengar dan juga melihat. Karena adanya hati yang masih
berfungsi.
Lalu, apakah hati merupakan
bagian tubuh yang penting?. Sang anak masih terus berpikir.
Bergulirnya hari demi
hari, sang anak pun tumbuh menjadi dewasa. Namun dia masih belum bisa menemukan
jawaban dari pertanyaan sang ibu dengan tepat.
Suatu hari, tepat di hari
kematian kakek sang anak, semua keluarganya berkumpul dan mereka menangis
dikarenakan kepergian sang ayah. Menangis sejadi-jadinya, begitu pula ibu sang
anak. Melihat kondisi tersebut, sang anak tidak tahan menahan genangan air
matanya. Karena kesedihan ditinggal oleh seseorang yang disayang.
Saat itu, sang anak
mendekat kepada sang ibu. Mereka menangis. Karena merasa kehilangan serta
kesedihan yang teramat. Sang ibu merapat kepada sang anak dan memberi pelukan
agar sang anak tidak lagi menangis. Dan pada saat itu pula, sang ibu bertanya
kembali. “Disaat kondisi seperti ini, tahukah kau sekarang, bagian tubuh yang
mana yang paling penting?.”
Sang anak yang sembari
tadi menangis, hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu ibu. Aku tidak
tahu,” jawab sang anak sambil sesenggukan.
Melihat kondisi sang anak
yang terus menangis, sang ibu mengusap air matanya dan mulai mendekap sang anak
lebih erat lagi.
“Bagian tubuh yang paling penting itu adalah Bahu. Tahukah kamu nak, kenapa
bahu menjadi bagian terpenting diantara yang lain?. Mungkin kamu beranggapan
bahwa hati adalah yang paling penting. Tapi, selain itu ada bagian tubuh lain
yang lebih penting lagi, yaitu bahu.”
Karena filosofi bahu
bermakna, bahu adalah tempat untuk memberi ketenangan disaat seseorang gundah,
bahu untuk memberi kedamaian disaat seseorang bersedih, bahu untuk menghilangkan
amarah, dan bahu adalah tempat yang paling tepat untuk menjadikan seseorang
menjadi tenang, damai, bahagia, serta menghilangkan kesedihan.
Bahu sang ayah, bahu ibu,
bahu teman, bahu sahabat, dan bahu orang terkasih adalah tempat yang paling
tepat untuk berkeluh. Dan begitulah jawaban sang ibu.
Itulah kisah dari seorang
ibu dan anak. Bahu. Ya, bagian itu memang paling nyaman untuk berkeluh ketika
dirundung masalah, kesedihan, dan apapun. Mungkin saat ini, akupun sangat
merindukan bahu yang pas untuk tempatku bersandar..
0 komentar:
Posting Komentar