Space


“Aku tidak mau mengganggu hidupnya lagi dengan kejadian yang sudah terjadi sebelumnya. Aku hanya ingin dia melanjutkan hidup yang sudah menjadi pilihannya, mempertahankan apa yang sudah dia punyai, tanpa aku. Itu akan lebih baik. Aku hanya berpesan, panggillah aku ketika ada sesuatu, bukan sebagai yang utama, tapi aku selalu ada.” (20 April 2013)

Firasat itu selalu benar. Namun, mengapa malah diri sendiri yang menyalahi semua firasat itu?. Mengapa aku harus berpura-pura untuk melupakan sesuatu apa yang sudah menjadi janjiku?. Kenapa harus aku sendiri yang melakukannya?.

Firasat yang kutulis dalam beberapa kalimat beberapa saat yang lalu mungkin benar adanya. Dan aku tidak bisa memutar keadaannya. Aku tidak akan bisa bagaimanapun caranya.

Aku tidak terlalu mengerti akan sikapku sendiri. Mengapa aku seperti ini?. Mengapa aku tidak bisa untuk setidaknya selalu menjaga apa yang sudah aku perkirakan sebelumnya?. Aku terlalu polos untuk itu semua. Atau mungkin aku terlalu bersikap masa bodoh. Aah,, aku tidak mengerti.

Dalam sikap ketidak-mengertian ku ini, mengapa seolah-olah tidak ada yang menyadarkanku. Memberi pengertian kepadaku. Hingga aku melangkah dan melanggar firasatku. Seharusnya, aku tidak boleh terlibat didalamnya. Mengapa aku tetap berjalan tanpa ada kontrol dan semua yang sudah kupikirkan sebelumnya benar-benar terjadi?.

Mungkin aku harus menyadarkan diriku sendiri. Karena mungkin tidak akan pernah ada seseorang yang melakukannya. Aku tidak bisa menunggu siapapun untuk melarangku, kecuali aku sendiri. Ya, aku sendiri.

Baiklah, berjalanlah seperti yang pernah aku katakan sebelumnya. Aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi.
Semoga saja aku benar-benar bisa dan kuat untuk menyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa. Aku bisa untuk itu. Meskipun kamu tahu, aku sangat susah untuk itu. Telah hampir sepuluh bulan aku mencobanya. 
Namun, kamu tahu. Nihil... Gagal. Aku masih aku yang dulu. Aku masih aku yang tidak bisa membagi pada yang lain saat aku sudah memilih untuk itu. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menguatkan diriku sendiri bahwa aku bisa.

Mungkin hanya satu alasan untukku agar aku bisa meyakinkan diriku sendiri. Kamu telah memilih seseorang dan aku tidak berhak untuk pilihanmu itu. Aku tidak berhak akanmu.

Aku akan berjalan terus dan aku harap kamu juga terus berjalan dengan apa yang sudah ada ditanganmu. Pertahankan apa yang sudah kamu miliki.

Aku akan berhenti atas apa yang sudah aku pertahankan. Meskipun kenyatannya sangat susah, sakit,  dan mungkin semua itu akan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Tapi, mungkin saja apa yang aku baca tadi pagi benar adanya. Setiap rasa mempunyai batas. Dan pada batas tertentu rasa itu akan kehilangan nilainya sendiri. Semoga saja itu benar, dan aku hanya butuh waktu saja.

Aku beruntung, sering mendengar curhatan orang yang selalu galau dan galau. Setidaknya, aku bisa memaknai masaku sekarang. Aku bisa menikmati pesakitan dengan tetap berjalan di atas rasa sakit tersebut. Aku akan menikmatinya, sampai kamu mengerti atas apa aku rasakan. Dan mungkin saja itu akan menghentikanku, jika demikian pula maumu.

Masih, aku perlu kamu untuk meyakinkanku bahwa aku benar atas semua pilihanku. Aku perlu kamu untuk meyakinkan bahwa aku tidak salah bahwa aku harus berhenti sampai disini... (meskipun aku tidak ingin untuk itu)
(Needs the reply soon)

Kau Yang Mengutuhkan Aku


Tulisan ini adalah tentang seorang penulis yang postingan dalam blog-nya selalu kuikuti selama beberapa bulan terakhir. Sebut saja Fahd, penulis berusia 26 tahun yang sudah menulis beberapa buku dan novel yang beberapa diantaranya ditulis dengan musisi Bondan n Fade 2 Black. Dan aku sekarang nge-fans sekali dengannya.

Memang, aku belum pernah membaca satu pun buku Fahd. Tapi dari tulisan di blog nya, aku langsung jatuh cinta dengannya. Bukan orangnya, melainkan rangkaian kata-katanya. Toh, kalau saja aku jatuh cinta dengan orangnya, itu sangat tidak mungkin. Dia sudah beristri. Dengan orang berkebangsaan Sunda yang sangat geulis, sebut saja Rizqa. Mereka menikah dan dikarunai seorang anak yang sangat tampan pula, Kalky.

Kadang tulisannya membuatku iri saja. Betapa indah dan romantis tulisannya saat ditujukan ke istrinya tercinta. Tidak hanya satu tulisan. Mungkin sepuluh bahkan lebih, postingan tentang dia dan juga istrinya. Dari awal mereka berkenalan, lamaran, menikah, problem keuangan, anak pertama mereka, keharmonisan kehidupan sehari-hari, hingga saling melontarkan beberapa pujian diantara keduanya.

Positive-nya, mungkin banyak orang yang akan terinspirasi dengan keharmonisan rumah tangga yang terjalin diantara mereka. Karena kalau dipikir-pikir memang itu adalah contoh yang baik sekali untuk pasangan muda yang sedang mengalami masa-masa awal pernikahan. Rasa sabar, saling memahami, dan juga pengertian. Tapi disisi lain, negativenya ada juga. Apa coba?. Ya buat yang masih melajang, itu sangat membuat iri pake banget. Disaat sedang galau dan membaca tulisan Fahd, rasanya ingin sekali berada dalam posisi yang sama. Tapi, apa mau dikata, hanya menerawang saja yang memungkinkan.

Aku sangat menyukai tulisan Fahd yang berjudul Tiga, Foto, dan masih banyak lainnya. Mengenai tulisannya, memang tidak perlu diragukan lagi, menyentuh dan keren tingkat tinggi. Namun, ada beberapa karya lain darinya. Karya yang disebut ‘Revolvere Project’. Video pendek yang digabung dengan iringan instrument dan juga rangkaian kata-kata. Ada satu yang menjadi favoritku, ‘Revolvere Project – Kau Yang Mengutuhkan Aku’. Mungkin gambaran tentang kondisi yang terjadi. Intinya, I Love It.

‘Mimpi’ Itu


Mengapa harus yang terakhir?. Kalau kamu bisa menjadikan itu yang kesekian kalinya dan akan berlanjut dan terus berlanjut. Jujur, aku tidak mau kamu berhenti sampai disitu. Itu harapku.

Namun, pikiran aneh itu selalu membayangi. Disebut dengan posisi apa, kalau aku terus berada dalam kondisi ini?. Apakah aku salah?. Tapi aku merasa tidak melakukan kesalahan. Aku hanya berjalan sesuai apa yang terjadi. Tidak ada paksaan dari diri, itu alami. Tapi, apakah itu wajar?.

Aku tahu kamu mungkin mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. Hanya saja, kamu lebih menikmati posisimu saat ini. Di waktu yang bersamaan pula, aku selalu berharap akan ‘mu’. Tapi kontrolku lebih besar untuk itu. Aku bisa saja memasang topeng bahwa aku baik-baik saja. Aku masih bisa berjalan dengan langkah yang tenang. Dan aku memang merasa bahwa aku benar-benar baik, saat kamu disini.

Disisi lain, aku juga selalu teringat akan janji pada diriku sendiri, juga padamu. Aku akan melanjutkan dan berusaha atas apa yang kusebut dengan ‘mimpi’. Dengan cara tidak masuk dalam putaran yang membuat konsentrasiku akan terpecah. Tidak untuk orang lain, dan yang paling berat tidak pula untukmu.

Mungkin aku akan selalu menyertakan Tuhan demi ‘mimpi’ itu. Semoga saja Dia paham atas hambaNya. Begitu pula diriku sendiri, dan juga kamu.

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Hadna Muthia Izzati
Pare, Kediri, Indonesia
A trainer | A traveler | A dreamer| An Ordinary girl
Lihat profil lengkapku

Ordinary's Friends

Blog contents © Ordinary Little Girl 2010. Blogger Theme by NymFont.