Space
Rabu, 29 Mei 2013
“Aku tidak mau mengganggu hidupnya lagi dengan
kejadian yang sudah terjadi sebelumnya. Aku hanya ingin dia melanjutkan hidup
yang sudah menjadi pilihannya, mempertahankan apa yang sudah dia punyai, tanpa
aku. Itu akan lebih baik. Aku hanya berpesan, panggillah aku ketika ada
sesuatu, bukan sebagai yang utama, tapi aku selalu ada.” (20 April 2013)
Firasat itu selalu benar.
Namun, mengapa malah diri sendiri yang menyalahi semua firasat itu?. Mengapa
aku harus berpura-pura untuk melupakan sesuatu apa yang sudah menjadi janjiku?.
Kenapa harus aku sendiri yang melakukannya?.
Firasat yang kutulis
dalam beberapa kalimat beberapa saat yang lalu mungkin benar adanya. Dan aku
tidak bisa memutar keadaannya. Aku tidak akan bisa bagaimanapun caranya.
Aku tidak terlalu mengerti
akan sikapku sendiri. Mengapa aku seperti ini?. Mengapa aku tidak bisa untuk
setidaknya selalu menjaga apa yang sudah aku perkirakan sebelumnya?. Aku
terlalu polos untuk itu semua. Atau mungkin aku terlalu bersikap masa bodoh.
Aah,, aku tidak mengerti.
Dalam sikap
ketidak-mengertian ku ini, mengapa seolah-olah tidak ada yang menyadarkanku.
Memberi pengertian kepadaku. Hingga aku melangkah dan melanggar firasatku.
Seharusnya, aku tidak boleh terlibat didalamnya. Mengapa aku tetap berjalan
tanpa ada kontrol dan semua yang sudah kupikirkan sebelumnya benar-benar
terjadi?.
Mungkin aku harus
menyadarkan diriku sendiri. Karena mungkin tidak akan pernah ada seseorang yang
melakukannya. Aku tidak bisa menunggu siapapun untuk melarangku, kecuali aku
sendiri. Ya, aku sendiri.
Baiklah, berjalanlah
seperti yang pernah aku katakan sebelumnya. Aku tidak akan mengganggu hidupmu
lagi.
Semoga saja aku benar-benar bisa dan kuat untuk menyakinkan diriku
sendiri bahwa aku bisa. Aku bisa untuk itu. Meskipun kamu tahu, aku sangat
susah untuk itu. Telah hampir sepuluh bulan aku mencobanya.
Namun, kamu tahu.
Nihil... Gagal. Aku masih aku yang dulu. Aku masih aku yang tidak bisa membagi
pada yang lain saat aku sudah memilih untuk itu. Aku tidak tahu lagi bagaimana
caranya untuk menguatkan diriku sendiri bahwa aku bisa.
Mungkin hanya satu alasan
untukku agar aku bisa meyakinkan diriku sendiri. Kamu telah memilih seseorang
dan aku tidak berhak untuk pilihanmu itu. Aku tidak berhak akanmu.
Aku akan berjalan terus
dan aku harap kamu juga terus berjalan dengan apa yang sudah ada ditanganmu.
Pertahankan apa yang sudah kamu miliki.
Aku akan berhenti atas
apa yang sudah aku pertahankan. Meskipun kenyatannya sangat susah, sakit, dan mungkin semua itu akan membutuhkan waktu
yang tidak singkat.
Tapi, mungkin saja apa
yang aku baca tadi pagi benar adanya. Setiap
rasa mempunyai batas. Dan pada batas tertentu rasa itu akan kehilangan nilainya
sendiri. Semoga saja itu benar, dan aku hanya butuh waktu saja.
Aku beruntung, sering
mendengar curhatan orang yang selalu galau dan galau. Setidaknya, aku bisa
memaknai masaku sekarang. Aku bisa menikmati pesakitan dengan tetap berjalan di
atas rasa sakit tersebut. Aku akan menikmatinya, sampai kamu mengerti atas apa
aku rasakan. Dan mungkin saja itu akan menghentikanku, jika demikian pula
maumu.
Masih, aku perlu kamu untuk
meyakinkanku bahwa aku benar atas semua pilihanku. Aku perlu kamu untuk
meyakinkan bahwa aku tidak salah bahwa aku harus berhenti sampai disini... (meskipun aku tidak ingin untuk itu)
(Needs the reply soon)