As Indonesian people, sometimes we got difficulty how to translate a story, literature, history, etc, from English language especially. So here, I have some tips about the way to translate that I ever got last time.
BASIC METHOD OF TRANSLATION:
1.You must understand vocabularies.
2.You must understand grammar, structure, and pronunciation.
3.You must understand the connection of sentences which the other sentences before and after.
4.You must understand kinds of science customs situation and condition.
5.You must understand the language you want to translate.
The main point of these tips is we have to understand about the basic of English. Because, basic is very important to do something. May it’ll be useful for us.
Orang normal dan tidak normal atau ‘gila’ memang berbeda. Hampir dalam semua aspek berbeda antara manusia normal dan gila. Dalam hal berbicara, berpenampilan, tingkah laku, hingga cara memandang atau melihat manusia lain, yang itu bisa dilihat dari gerak gerik mereka. Kadang kala tatapan mereka tidak dapat diartikan. Strange.
Saya sedikit trauma ketika ada orang ‘gila’ yang memandangi saya dengan seksama. Rasanya berbeda ketika dipandang oleh manusia normal. Ada sesuatu yang janggal menurut saya, karena memang tatapan mereka selalu aneh. Yang awalnya diam, termangu, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan berbicara yang tidak bisa dimengerti apa maksudnya, setelah melihat sesuatu.
Sekitar beberapa saat lalu kejadiannya, ketika saya sedang berbelanja di pasar Pare, saya sadar ada orang yang sudah beberapa lama mengamati saya. Saya kira dia sedikit tidak normal dilihat dari pakainnya yang kumal dan rambut gimbalnya. Diam dengan tatapan yang dalam. Ketika saya berhenti di depan salah satu toko, orang itu tiba-tiba tertawa dan berkata, ‘Pengen tak cium awakmu’. Astaghfirullah, betapa kaget dan takutnya saya kala itu. Memang dasar orang gila, batin saya. Lalu saya segera berlari kecil meninggalkan orang gila tersebut. Sejak saat itu, saya merasa aneh apabila ada orang asing yang mengamati saya lekat-lekat.
Namun naas, kejadian itu terulang lagi di salah satu tempat yang bukan daerah saya, dan saat itu saya sedang melakukan travelling bersama salah satu teman saya, dan berniat untuk bermalam di salah satu masjid. Ketika sudah kutemukan masjid, saya dan teman saya segera masuk di ruangan untuk jamaah wanita di lantai atas. Saya rasa tempat itu aman untuk tempat tidur malam itu, meskipun ada kekhawatiran sedikit, sebagai seorang wanita yang keluar tanpa pria sebagai pelindung dimalam hari.
Masjid Baiturrahman
Sedikit lega ketika sudah ada salah seorang ibu di dalam masjid yang bermalam disana juga. Langsung berbaring di atas karpet, itu yang dilakukan teman saya. Namun, saya tidak dapat memejamkan mata meskipun badan pegal semua karena jalan terus seharian. Kubuka buku yang kubawa, dan segera kubaca.
Saya memang sendirian yang masih membuka mata malam itu, karena dua orang yang lain sudah terlelap lebih dahulu. Merinding juga rasanya. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba ada seorang pria naik ke lantai atas, padahal tempat itu adalah steril khusus wanita saja. Dia melihat-lihat sekitar dan akhirnya melihat saya yang sedang terbangun sendiri membaca buku. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang ketika orang itu duduk bersila diluar ruangan kaca dan mengamati saya dari luar.
Masya Allah, betapa takutnya saya karena orang itu tidak segera pergi dan terus mengamati saya. Semakin lama semakin merinding, namun tidak saya hiraukan orang itu dan saya terus membaca buku saja. Tapi memang sedikit stress dan gila mungkin orang itu, karena tidak mungkin orang normal yang tau peraturan, masuk di wilayah jamaah wanita, lebih-lebih mengamati orang yang ada di dalam ruangan.
Saya sudah takut tingkat tinggi kala itu, sudah berpikir yang macam-macam akan terjadi something wrong. Untung saja, ibu yang tidur tadi bangun dan saya langsung berpindah duduk disamping ibu tersebut. Sedikit lega dan tenang rasanya bisa ngobrol dengan ibu itu, dan saya ceritakan semua yang terjadi.
Ternyata ibu yang berumur 43 tahun itu sudah beberapa kali bermalam di masjid tersebut, jadi kalau terjadi apa-apa bisa langsung lapor ke satpam yang berjaga 24 jam. Alhamdulillah ada ibu yang menemani saya dalam ketakutan di tengah malam.
Tapi, crazy person itu terus mengamati saya meskipun saya tidak berani menatap wajahnya langsung, dan kadang dia tertawa kecil seperti melihat hal yang lucu, lalu mendekatkan mukanya kekaca persis orang mengintip saja dia. Haduuh…. Dasar orang gila aneh!!!
Entah berapa lama orang itu duduk disana, hingga akhirnya ada dua orang satpam yang naik di lantai atas untuk mengamankan situasi, dan benar saja orang itu memang gila kata pak satpam, dan langsung diusir oleh mereka. Lega rasanya. Dan segera setelah itu saya ambil wudlu dilantai dasar tanpa rasa khawatir ada orang gila lagi yang mengintai.
Di dalam masjid
Terimakasih buat ibu yang belum sempat saya tanya namanya, yang sudah menemani saya berbicara dimalam yang menjengkelkan itu, juga buat pak satpam yang telah mengusir orang gila itu dari hadapan saya, makasih bapak.
Dan setelah kejadian yang cukup mendebarkan jiwa saya, akhirnya saya bisa tidur nyenyak di Masjid Baiturrahman malam itu. Semoga tidak terjadi lagi pengintaian oleh orang ‘gila’ pada diri saya.
Lampion merah berjajar di sepangjang jalan, menandakan akan adanya suatu pesta perayaan. Yap, tepat tanggal 23 January kemarin adalah tahun baru untuk masyarakat Tionghoa, tepatnya tahun baru imlek. Gong Xi Fa Chai, tertulis besar di reklame-reklame di pinggir jalan. Dan merah adalah warna yang dominan dalam perayaan tersebut.
Menurut ahli fengsui, tahun 2012 adalah tahun naga air. Hehe, aku nggak ngerti kok bisa disebut sebagai tahun naga air. Atau mungkin juga bisa diartikan semua hal yang berhubungan dengan air akan lancar tahun ini, dalam bidang pekerjaan misalnya, akan lancarlah usaha sang penjual es, karena mereka menjual air. Hehe.
Tahun Naga Air
Dalam perayaan tahun baru imlek bukan hanya pertunjukan barongsai saja yang dipertontonkan, banyak festival yang dipertunjukkan di pusat keramaian. Adalah Imlek Festival, acara yang diadakan di salah satu Mall di Semarang. Fashion show, nyanyi,dan dance disuguhkan untuk para penonton.
Dance Performance
Awalnya aku tidak sengaja masuk di Mall tersebut, kulihat banyak orang sedang berdiri menyaksikan sesuatu di atas panggung dan ternyata anak-anak dari umur tiga tahun sampai belasan tahun tengah memamerkan kepiawaian mereka berjalan diatas cat walk, alias fashion show. Hanya satu yang ada dibenakku saat itu, ‘Hebat, sebagian dari mereka baru bisa jalan satu-dua tahun, sudah disuruh fashion show aja sama orang tuanya’. Entah itu kehendak sang anak atau orangtua mereka, yang memaksa untuk tampil bak seorang model dihadapan para penonton.
Fashion Show
Memang di era yang semakin maju ini, bakat anak sudah bisa diasah sejak balita. Tinggal orang tua mengarahkan saja dari apa yang diminati anak. Namun, kalau orang tua terlalu mengeskplorasi secara berlebihan, itu juga sedikit kurang baik untuk pertumbuhan anak, karena seharusnya masa kanak-kanak harus dicukupkan dengan masa bermain dan pengembangan kreativitas mereka.
Namun aku tetap kagum dengan anak-anak itu, di usia yang masih sangat dini, mereka sudah mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri mereka. Dengan arahan dan pemberian motivasi dari orang tua dan dukungan dari semua orang yang ada disekitar anak-anak tersebut pastinya.
She is My Favorite :)
Sudah mampu tampil dengan penuh percaya diri dan semangat yang tinggi untuk berlenggak-lenggok memamerkan baju merah yang wajib mereka kenakan dalam perayaan tahun baru imlek yang ke-2563, adalah salah satu poin penting yang dapat dan patut dicontoh dari sikap dan semangat mereka. Khususnya untuk anak bangsa yang lain, agar dapat dijadikan motivasi untuk mengembangkan setiap potensi apapun yang ada dalam diri masing-masing anak.
Makanan itu bernama plecing.
Makanan khas dari Lombok, pulau di seberang pulau Bali, yang cita rasanya
begitu khas dan sangat memanjakan lidah, lebih-lebih untuk orang yang memang
doyan sekali dengan makanan pedas. Plecing bisa disantap dengan sayuran yang
telah direbus, seperti kangkung, atau kacang panjang. Tapi pada umumnya adalah
kangkung. Dan kangkung dari Lombok memang berbeda dengan kangkung yang berasal
dari daerah lain khususnya di Jawa.
Menurut salah seorang juru masak
yang pernah kutemui di Sumbawa, dia mengatakan bahwa kangkung Lombok mempunyai
batang yang panjang dan bisa dimakan karena rasanya memang renyah dan berbeda
seperti kangkung di Pulau Jawa yang umumnya batangnya keras dan tidak begitu
nikmat kalau dimakan. Dan apabila ingin menanam tanaman satu ini, tidak perlu
repot-repot untuk menanam dan sangat mudah dalam perawatannya, karena batang
kangkung hanya perlu diletakkan di tempat yang cukup air, dan akan tumbuhlah
tanaman tersebut.
Kembali ke bahasan awal yaitu
plecing, plecing memang seperti sambal trasi ataupun sambal tomat bila dilihat
dari tekstur luar. Namun, tentu ada bahan lain yang membedakan antara makanan
ini dengan sambal yang lain. Bahan dasar untuk pembuatan plecing adalah cabai
rawit, tomat, bawang putih, dan trasi, umum seperti bahan dasar membuat sambal.
Perasan jeruk nipis adalah bahan
tambahan yang membuat plecing terasa berbeda. Dan pastinya, karena adanya
perasan jeruk nipis, membuat plecing terasa segar dan unik. Semua bahan diiulek
lembut, maka plecing siap disajikan dengan menuangkannya diatas rebusan sayuran
kangkung yang dipotong memanjang dan disantap dengan nasi yang masih hangat.
Hmm…delicious, please try this at
home if you wanna know what a delicious plecing is. Even the taste is so spicy,
it’ll make you always for having some more.
Jogjakarta, kota istimewa dengan gudegnya, kota pelajar dari ribuan mahasiswa dari seantero negeri, dan kota budaya dengan puluhan objek wisatanya yang kata orang-orang kota yang tidak ada matinya. Benar-benar mati tepat saat malam pergantian tahun 2012. Tidak ada kemeriahan pesta kembang api, tidak ada bunyi terompet, dan tidak ada keramaian orang yang bersuka cita menyambut tahun baru. Itu yang terjadi padaku saat pergantian tahun 2011 menuju tahun baru 2012. Malam itu benar-benar berbeda dari malam-malam pergantian tahun sebelumnya bagiku. Yang biasa aku habiskan hingga larut malam, meskipun hanya di kota kecil yaitu Pare.
Hari terakhir di penghujung tahun 2011, benar-benar melelahkan bagiku. Karena ajakan seorang teman, Umi, dan bekal uang yang terbatas hanya sekitar 200 ribu untuk 2 orang, aku dan Umi nekat merayakan tahun baru di kota tugu. Awalnya aku menolak, namun akhirnya aku tidak tega melihatnya memelas meminta padaku untuk menemaninya. Dengan syarat dia harus bertanggung jawab atas apapun yang akan terjadi di sana. Melakukan perjalan jauh dari Kendal- Semarang- Jogjakarta dengan tiga kali transit bis dari jalur Pantura Kendal ke terminal Mangkang lalu ke Terboyo dan terakhir naik bis ‘Ramayana’ jurusan Jogjakarta dengan tujuan akhir Terminal Giwangan.
Bis Ramayana
Perjalanan yang ku taksir hanya memakan waktu 4 sampai 5 jam ternyata mencapai hampir tujuh setangah jam. Tidak heran, karena itu adalah hari dimana orang-orang berbondong-bondong pergi ke kota Gudeg untuk merayakan ‘new year’, yang menyebabkan kemacetan yang padat sepanjang Magelang- Sleman. Bis yang sudah penuh penumpang tidak mengurungkan niat penumpang lain berdesak-desakan meskipun mereka rela berdiri beberapa jam di atas bis yang bagaikan siap memanggang tubuh bila didalamnya, karena kaca jendela yang harus ditutup rapat karena diluar sedang hujan deras dan udara di dalam bis yang tidak setara dengan jumlah manusia yang berebut oksigen untuk bernafas.
Bis yang terus berjalan merayap, diiringi dengan suara klakson tanpa henti dari supir bis ‘Ramayana’, yang bisa dikatakan ugal-ugalan itu, membuat kepalaku tiba-tiba cenut-cenut. Dengan virus batuk dan pilek yang sudah bertandang di badanku sebelumnya, menambah lengkapnya penderitaanku. Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB ketika bis memasuki tujuan akhir yaitu terminal Giwangan. Keruwet-an mulai terjadi karena teman Umi yang berjanji akan menjemput tidak segera datang. Aku bertanya padanya saat itu, ‘Nanti kita malam tahun baruan dimana?’, dia menjawab dengan polosnya, ‘Nggak ngerti, liat dulu temenku nanti.’ Hmm.. ok, aku sabar menunggu keputusan akan kemana kita nanti, sambil menunggu jemputan di pinggir jalan yang mulai ramai orang bermalam minggu sekaligus merayakan pesta yang terjadi satu tahun sekali itu.
Umi 'Yummy Cool'
Perkiraanku, setelah sampai di kota Jogjakarta, aku langsung diajak makan gudeg atau makanan apalah yang khas dari kota ini. Dan malamnya setelah mandi dan sholat isya’, aku bisa jalan-jalan mengelilingi tugu dan sepangjang jalan mallioboro dengan diiringi suara ratusan tiupan terompet dari para pengunjung pastinya dan menikmati indahnya percikan kembang api di tengah lautan manusia. Angan-angan ku sudah begitu indah ketika aku akan menghabiskan akhir dan awal tahun baruku di lain kota.
Sekitar hampir dua puluh menit aku dan Umi menunggu Ana(teman Umi), akhirnya dia datang dengan satu orang temannya. Alhamdulillah, lega rasanya sudah bersama orang yang mengenal seluk-beluk kota itu. Melalui percakapan singkat antara Umi dan Ana, akhirnya aku tahu kalau aku harus tinggal di pondok malam itu. Dan pasti ada aturan tertentu ketika sudah memasuki wilayah tersebut, salah satunya yaitu tidak boleh keluar pada malam hari tepatnya setelah isya’. Karena pada saat itu para santri dan santriwati diwajibkan untuk memperdalam ilmu agama mereka dengan ngaji kitab kuning.
Gambaran tentang tahun baru di kota itu yang telah aku pikirkan sedemikian rupa tiba-tiba sirna, karena aku harus tetap tinggal di kamar yang hanya berukuran 4x4 untuk kapasitas 18 orang. Betapa sempitnya ruangan itu untuk orang sepadat dan sebanyak itu. Kesan pertama ketika aku sampai di pondok putri luqmanulhakim adalah persis seperti tempat TKW yang akan diberangkatkan ke luar negeri, yang menuggu jadwal keberangkatan atau masih dalam masa training. Tapi aku sudah tidak menghiraukan masalah pondok dan kamar, yang terjadi pada saat itu adalah rasa capek yang sangat pada sekujur tubuh dan rasa kecewa pada Umi.
Muncul pikiran, seandainya saja aku tadi bisa menolak ajakan seorang teman, pasti malam tahun baruku akan tidak begitu buruk seperti malam itu, karena aku hanya menghabiskan malam terakhir dengan melamun dan termenung tanpa arti. Benar-benar tidak ada sesuatu yang ‘wah’ malam itu. Jauh-jauh aku datang ke kota itu, ternyata sambutan tuan rumah dan angan-anganku tidak ada yang sesuai. Sabar ya had,, :)
Kalau akan menuju suatu tempat, pasti sebelumnya harus ada perjalanan baik itu lama maupun sebentar, baik itu jauh maupun dekat. Karena tidak ada yang tiba-tiba sampai tujuan dalam kedipan mata, kecuali doraemon yang mempunyai pintu ajaib yang bisa membuat dia berada dimana saja yang dia inginkan dengan hanya membuka pintu yang dia miliki itu. Perjalanan jauh aku lakukan tahun lalu, tepatnya tanggal 23 July 2011.
Tujuanku adalah NTB, pulau seberang di sebelah pulau Lombok tepatnya di Sumbawa Besar, untuk mengisi program dua minggu di SMAN 2 Sumbawa Besar. Dini hari sekitar pukul dua malam yang dinginnya pagi itu terasa sampai ke ulu hati mengawali perjalanan rombongan tutor dari Cell, tempat aku mengajar dulu, menuju ke bandara Juanda, bandara paling bersih se-Indonesia.
Juanda airport
Dengan travel berwarna silver, long journey dimulai, dan perjalanan pagi itu memakan waktu sekitar 2,5 jam. Tiba disana, kita langsung menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh. Dan setelah itu, check in sekitar pukul 6, 1 jam sebelum take off. Terjadi masalah saat itu, dimana pesawat Lion Air tujuan Mataram yang akan terbang pukul tujuh lebih, sudah full passenger. Aneh memang, hal itu terjadi karena ada rombongan dokter dari salah satu universitas di Surabaya yang mengganti tempat duduk kita di pesawat dengan membayar lebih besar, akhirnya kita diharuskan menunggu keputusan apa yang kan terjadi. Dan setelah perdebatan kecil dengan petugas, akhirnya rombongan kita harus rela transit menuju Jakarta, ke bandara Soekarno Hatta setelah itu baru fly off menuju Matarram.
‘Penumpang yang terhormat, perjalan kali ini adalah perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta. Dan perjalanan ini akan menempuh waktu, satu jam sepuluh menit. Kencangkan sabuk pengaman anda dan buka jendela pesawat saat take off.’ Itu adalah beberapa pengumuman singkat dari pramugari bertubuh langsing yang akan menemani perjalanan menuju Jakarta.
Aku ingat pesan temanku, ‘Kalau naik pesawat jangan lupa bawa kapas buat nutupin kuping, soalnya nanti kupingmu bakal sakit.’ Ternyata memang benar, kuping terasa sangat sakit. Tapi malangnya aku tidak membawa apa yang dikatakan temanku. Dan untuk mengurangi rasa sakit, kutelan air liurku. Meskipun susah, ternyata itu mengurangi suara bising di kuping. Aku berbincang-bincang dengan orang disampingku saat itu. Ternyata bapak itu adalah mekanik pesawat yang setiap tiga hari sekali harus berpindah kota, terbang melintasi pulau, untuk pekerjaannya. Yaitu memperbaiki mesin pesawat, dan kata bapak itu hari-harinya kebanyakan dihabiskan di atas langit, dan nyawa setiap saat menjadi taruhannya.
Ada tips juga yang aku dapat dari perbincangan singkat saat itu, yakni bawa air mineral saat naik pesawat. Diminum ketika kuping terasa nyeri. Aku coba, dan ajaib!, kupingku normal seperti sedia kala. Hehe, dan tidak perlu ribet dengan penutup kapas lagi.
Soekarno Hatta Airport
Di bandara Soekarno Hatta, aku harus menunggu lagi karena jadwal penerbangan masih pukul 12.00, dan karena delay yang cukup lama, kita mendapat jatah makan di sebuah restaurant di bandara itu. Lumayan, makan prasmanan penghilang rasa lapar. Dan untungnya, bukan nasi kotak yang diberikan pada kita, namun makanan penambah gizi, terhidangkan makanan 4 sehat 5 sempurna di restaurant tersebut.
we waited, but nothing happened :)
Jenuh mulai menjangkit diriku dan seluruh rombongan, nasib baik kalau menunggu take off pesawat di kursi tunggu, sialnya calon penumpang sangat ramai dan telah memenuhi seluruh kursi tunggu dan akhirnya mengaharuskan kita menunggu panggilan boarding dengan duduk di lantai. Poor us. Setelah menunggu beberapa saat lamanya, panggilan boarding menuju mataram terdengar. Aku dan seluruh penumpang bergegas menuju lorong bandara dan memasuki pesawat untuk terbang sekali lagi. Pengumuman dari pramugari kudengar lagi. Dan itu menjadi bahan guyonan buat kita karena sang pemberi arahan hanya menatap lurus kedepan tanpa senyum dan terkesan sangat kaku saat memberi petunjuk.
‘Awak pesawat ini dilengkapi dengan dua kamar mandi bagian belakang dan satu kamar mandi didepan.’ Dengan wajah tanpa senyum, pramugari itu mengangkat tangan, satu kedepan satu disamping. Dan memberi isyarat cara memakai sabuk pengaman atau pelampung dengan tanpa ekspresi. Apakah semua pramugara/pramugari seperti itu ya waktu ngasih pengarahan? Hm, rugi pakai bedak tebal kalau gak mau senyum.
Hari itu, aku naik pesawat dua kali. Dan penerbangan kedua memakan waktu lebih lama sekitar satu jam lima puluh menit. Tiba di Mataram sore hari, kemudian dari bandara naik taksi menuju travel agency. Perjalanan yang panjang lagi akan segera ditempuh untuk bisa sampai di Sumbawa Besar. Istirahat di Lombok, dan menikmati udaranya sejenak. Makan bakso dan sholat ashar, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan karena harus menyebrangi selat alas. Kurang lebih selama satu jam setengah diatas ombak laut yang cukup kuat malam itu. Hingga rasa pusing pun menyerang kepalaku. Namun, perjalanan panjang itu belum selesai sampai disitu. Selama enam jam lagi lewat jalur darat, kita baru bisa sampai di rumah kos-kosan.
bandara Selaparang, Mataram
kapal ferry, 'sailing to Sumbawa'
Lengkap sudah perjalanku hari itu. Perjalanan darat, udara dan laut. Hampir 24 jam berada di atas kendaraan. Dan tenaga sudah terkuras habis karena lelahnya perjalan itu. Tapi itu sebuah pengalaman yang menyenangkan, karena itu adalah pengalaman pertama dalam hidupku ketika dalam waktu kurang dari 24 jam, aku bisa berada di lima kota yang berbeda. Kediri, Surabaya, Jakarta, Lombok, dan Sumbawa. hehe...
Apalah arti seorang teman kalau
tidak saling mengerti dan memahami antara satu dengan yang lainnya. Tertawa
bersama, bersenandung bersama, bersuka-cita bersama, hingga merasakan duka
bersama. Itulah sahabat, marah seperti ayah, peduli seperti ibu, mengganggu
seperti kakak, mengesalkan seperti adik, dan menyayangi lebih dari kekasih. Dan
sahabat sejati adalah orang berkata benar kepadamu bukan orang yang selalu
membenarkan ucapanmu, tepat sekali.
Dalam hidup ini kita tidak bisa
lepas dari seorang sahabat. Begitu pula denganku, sahabat menjadi arti penting
dalam pengalaman hidupku. Mereka kusebut dengan habibullah dan D’DW. Dua
kelompok sahabat dari masa yang berbeda. Habibullah, adalah sahabatku dimasa
sekolah menengah atas. Kekasih Allah, itulah makna dari Habibullah itu sendiri.
Kita menyebut demikian karena ketika terbentuk tak seorang pun dari kita yang
mempunyai pasangan atau pacar pada saat itu. Jadi kita ingin seperti
Rasulullah, menjadi kekasih Allah. Awalnya kita hanya beranggotakan empat orang
yaitu aku, Nanda, Mira, dan Resti. Namun beberapa saat setelah itu bertambah
dua orang lagi yaitu Diana dan Mifta.
Habibullah
Kisah-kisah suka dan duka kita
lalui bersama kala itu. Seiring berjalannya watu, kita jarang bertemu karena
sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dan hanya setahun sekali kita dapat
bertemu yaitu ketika bulan Ramadhan dengan melakukan buka puasa bersama. Itu
cukup mengurangi rasa rindu yang lama sudah tersimpan.
Lain halnya dengan D’DW, kita
adalah sekelompok dari gadis-gadis yang bisa disebut ABG sedikit gila di dalam
kelas kami pada waktu itu. Tepatnya di BEC, the girls from Justice class
BTC-CTC SON 2011. Sebenarnya kita dibentuk karena ketidak senambungan antara
pria di dalam kelas tersebut. Mereka begitu asing bagi kita, para wanita. Jarang
sekali kita berkomunikasi karena tidak ada kecocokan dalam perbincangan pada
awalnya. Jadi, kita para wanita berinisiatif membentuk satu kelompok tempat
kita berbagi cerita, suka maupun duka dengan sesama wanita. Akhirnya, dengan
diketuai oleh Betty yang sedikit banyak bicara terbentuklah D’DW dengan motto…
uyee…mak ker…ker…
D' Doulur Wedox
Hehe, memang kita masih ABG labil
saat itu. Masih senang bermain, senang nongkrong, pergi kesana kemari, dan
sedikit memikirkan urusan dunia yang sedikit berat. Hanya berkumpul bersama dan
ngobrol masalah-masalah ringan saat itu.
Namun ternyata, sang pria dalam
kelas pun tidak mau kalah dengan kita para wanita, mereka juga membentuk suatu
kelompok yaitu SCC. Dari situ, kita sering berselisih dan beradu mulut. Tapi
itu menjadi hal yang asik dan selalu menyenangkan bila kita lakukan. Dari hal
itu, berselisih setiap hari di dalam maupun di luar kelas, menjadikan kita bisa
mengenal satu dengan yang lain. Dan seiring berjalannya waktu, kita pun menjadi
satu kesatuan yang kompak dalam situasi apapun.
SCC
Suatu ketika ketika pergi weekend
bersama disatu kolam renang di Pare, kejailan SCC tidak terelakkan. Memang
mereka tidak enak hati mungkin ketika melihat kami D’DW bahagia. Satu per satu
diantara kami dekerjai habis-habisan. Mulai saling menghina hingga diceburkan
dalam kolam renang yang pasti kita tidak bisa berenang. Aksi- aksi konyol
mereka tidak pernah lupa mereka abadikan dalam sebuah foto maupun video. Mereka
tertawa bahagia ketika berhasil mengalahkan kita.
kekompakan D'DW n SCC
Dalam urusan fisik memang D’DW
kalah dari SCC. Tapi jangan harap dalam urusan kekompakan pasti D’DW lebih
bersatu satu dibandinkang SCC. Banyak bukti yang bisa disebut kalau kita memang
benar-benar kompak. Makan bersama, main bersama, dan melakukan hal-hal lain
bersama. Tak bisa ditandingi oleh siapapun kekompakan kita. Hehe..
Selama hanya kurang lebih tiga
bulan kita bersama, keakraban dan rasa kekeluargaan sudah sangat kental
diantara kita. Hingga kita harus dipisahkan dengan pergantian kelas yang
artinya kita sudah naik tingkatan di TC. Penyesuaian dengan teman-teman baru
memanglah tidak mudah. Lebih-lebih apabila kita sudah memiliki teman yang dekat
sebelumnya.
Rasa kehilangan mulai muncul
ketika tidak ada lagi saling hina antara D’DW dan SCC. Perkumpulan seluruh anak
hanya bisa dilakukan di FB. Tapi itu lebih baik daripada tidak mengetahui kabar
antara yang satu dengan yang lain. Kenangan-kenangan kembali terngiang ketika
kita jauh. Beratus-ratus foto bersama Justice Community menjadi obat ketika
rasa rindu untuk berkumpul menyeruak. Dan juga berpuluh-puluh video pun menjadi
obat alternative untuk itu.
Bukti kekompakan kita yang lain
juga bisa dilihat dari kesetiaan SCC kepada D’DW dalam hal saling membantu sama
lain. Ketika kita butuh jemputan atau ingin diantar ke suatu tempat, SCC selalu
ada dan ready untuk D’DW. Dibalik sikap mereka yang jail dan saling menghina
diantara kita, terselip rasa sayang yang tulus sebagai sahabat. Tanpa meminta
imbalan mereka siap membantu kita dalam kondisi apapun. Sulit memang
mendapatkan teman yang bisa sepenuhnya care
dengan kita. Tapi itulah SCC dan D’DW.
Persahabatan itu memang seperti
kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu. Merubah yang buruk menjadi baik.
Juga seperti satu tubuh. Ketika
satu bagian merasa sakit, bagian yang lain akan merasakan.
Persahabatan itu juga seperti air
dan api, ketika api berkobar, air bisa memandamkan nyala itu.
Hiduplah dengan sahabat dalam
hidupmu. Karena sahabat adalah hal yang sangat berharga dalam pencarian makna
hidup ini. Mereka yang mampu mendorong supaya kita lebih kuat, lebih tabah, dan
menjadikan hidup ini lebih berwarna.
Tepat pukul 12.00, di hari Jum'at yang cukup panas disini, kantor TU SMPN 2 Patebon, aku mencoba untuk membuat blog ini. Cuma iseng awalnya, buat ngisi waktuku yang sering kosong atau atau aku sering doing nothing disini. Hehe, akhirnya aku coba-coba sign up di blogger lewat google.
Berhasil juga akhirnya aku punya blog, yang kata-kata orang-orang, kebanyakan meraka buat blog cuma buat kesenangan mereka. Tapi, aku tak tahu apa kesenangan didalamnya? belum kutemukan tepatnya. But, i think this is good for me my self to improve my skill in writing. Even only trying. Hehe,,
Welcome to this page...
It is just for telling the stories which unsaid...
Because not all things can be told,
And the words will do it! Wish it could happen...